Skip to main content

Perjalanan Ke Palembang (Bagian 1)


Ini adalah perjalanan pertamaku ke Pulau Sumatera. Excited tentu saja. Perjalanan dari Surabaya ke Palembang ditempuh selama 1 jam 45 menit. Ada dua maskapai yang melayani direct flight SUB-PLM, Lion dan Citilink. Aku memilih Citilink dengan pertimbangan Lion sering delay. Harga tiket PP 1.2 juta, worth it. Beberapa saat sebelum mendarat, hujan datang menyapa. Rupanya di Sumatera sudah mulai musim hujan. Namun saat landing, cuaca cerah berawan.

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II tidak terlalu besar. Dari arrival hall terlihat proyek pembangunan LRT Palembang. Ya, Palembang sedang berbenah menyambut perhelatan ASEAN Games 2018. Dari Bandara ke Hotel kami naik mobil sewaan, jaraknya sekitar 20 KM dengan waktu tempuh sekitar satu jam.


Hotel Aryaduta Palembang
Kami menginap di sini selama dua malam. Alasannya adalah hotel ini menjadi venue acara kami. Jadi biar praktis, kalau butuh istirahat dan sholat selama acara mudah. Hotel ini lokasinya strategis, dekat dengan pusat kota. Letaknya satu kompleks dengan Palembang Square Mall. Bangunan hotel sudah lama namun bersih dan terawat. Lobby terletak di ground floor. Pada saat check in agak lama karena tidak bisa group check in diwakili oleh seorang delegasi. Hotel meminta ID dari setiap penghuni kamar. Sembari aku mengurus check in, Saras mengurus registrasi simposium. Setelah semua beres, kami ke kamar untuk mandi dan menyimpan barang. Untuk naik lift, tidak perlu menempelkan kunci kamar ke alat yang ada di lift, karena alatnya tidak ada. Entah rusak atau apa. Sayang sekali ya kalau hotel bintang lima begini.



Kamar yang aku pesan adalah superior twin bed. Tampilan kamar seluas 23 m2 ini menurutku ala kadarnya. Kamar dilengkapi tempat tidur, televisi, pemanas air untuk kopi/teh, kulkas, bangku untuk koper dan lemari baju yang sangat kecil. Aku sangat menyayangkan jika hotel berbintang empat atau lima lantainya tanpa karpet dan tanpa tea chair and table di kamar.





Untuk kamar mandi, standar ya, dengan shower tapi dilengkapi hair dryer. Aku suka amenitiesnya, edisi Sebastian Gunawan yang wanginya enak dan tampil cantik.


Dari kamar aku bisa melihat pemandangan kota. Tepat di depan kamar ada kolam renang berstandar internasional, ukuran olympic size. Aku bisa tahu dari tulisan Sea Games Indonesia. Kolam renangnya selalu rame, pagi, siang, sore selalu ada yang memakai.







Sarapan pagi di resto di lantai 1. Beberapa makanan yang sempat aku coba adalah Salad, Omelet, Nasi Uduk, Pempek Kulit, Mie Ayam, Pompom Potato, dan Laksan. Pempek kulitnya enak, crunchy tapi tetap empuk digigit, terasa royal ikannya, namun tidak amis. Lalu pertama kali aku mencoba Laksan, fish cake yang menggunakan adonan pempek dibentuk kotak, dimasak dalam kuah santan pedas dan ditaburi bawang goreng. Lembut dan menghangatkan. Pilihan minumannya banyak, teh, kopi, infused water dan jamu.

Lalu selama acara berlangsung aku sempat mencoba mantau dan Nasi Minyak Khas Palembang. Aku pertama kali nyoba nasi minyak, modelnya sih seperti nasi lemak, bumbunya tidak setajam nasi dari timur tengah. Rasanya enak, apalagi ditemani sama Ikan Saluang Buta yang digoreng crispy. Secara keseluruhan masakan di sini enak dan recommended.



Aku juga sempat ngegym di sini. Cuma treadmill-an saja sih. Ruang gym terletak bersebelahan dengan kolam renang. Kedua Fasilitas ini sepi pengunjung saat aku ke sana, mungkin karena masih jam setengah enam pagi. Oiya, untuk wifi, kecepatannya baik dan stabil. Baik di kamar, hall maupun di resto sama baiknya.


Pempek Candy
Ketika googling tentang rekomendasi pempek, muncul sederet merek pempek yang semuanya mengklaim dirinya enak, ya iya lah ya namanya jualan. Sebagian rombongan pengen pempek, sebagian lain pengen mie celor. Lalu atas rekomendasi driver kami, pergilah kami ke Pempek Candy yang punya banyak pilihan menu, tidak melulu pempek. Lokasinya tidak jauh dari hotel kami, sekitar 10 menit berkendara dari hotel. Ruangan di Pempek Candy bersih dan rapi, sempat mbatin "jangan-jangan harganya mahal nih", ternyata tidak juga, harganya standar.



Selain pempek, ada otak-otak, tekwan dan Mie Celor, sisanya aku lupa. Hehehe. Aku memilih Mie Celor karena belum pernah nyoba sebelumnya. Mie Celor adalah mie kuah khas Palembang. Kuahnya creamy karena berasal dari santan. Mie bulat besar seperti udon hadir bersama udang dan telur rebus ditaburi bawang goreng. Harusnya ditaburi seledri juga, tapi seperti biasa aku memilih untuk skip that. Rasa gurih dalam kuah juga didapatkan dari kaldu udang dan/atau ebi. Kaya bumbu tapi nggak bikin eneg, so yummy!


Meskipun tidak pesan pempek, waitress akan menyajikan aneka pempek ukuran kecil dalam satu piring. Ada pempek lenjer, adaan, telor, kulit dan bakar. Jika berminat, Anda tidak harus menghabiskan semuanya, yang dihitung hanya per biji yang Anda makan. Pempeknya lembut, ikannya terasa tapi nggak amis sama sekali. Kuahnya sudah pedas tanpa perlu menambahkan sambal. Pempek Candy juga menyediakan aneka oleh-oleh khas Palembang. Ada kerupuk, kopi, tekwan dan pempek. Aku beli tekwan kering.


Jembatan Ampera
Selesai makan di Pempek Candy, kami menuju daerah Benteng Kuto Besak untuk menikmati pemandangan Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Jembatan Ampera terletak di tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Nama Ampera diambil dari kalimat Amanat Penderitaan Rakyat. Jembatan yang diresmikan di tahun 1965 ini mempunyai panjang 1.117 m dan lebar 22 m.



Bersambung ......

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan