Skip to main content

Trip to Lombok (Part 2)

Hari kedua jadwalnya kami pergi ke Gili Trawangan dan belanja oleh - oleh. Perjalanan dari hotel ke dermaga memakan waktu satu setengah jam. Sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan alam yang alami dan indah. Di kiri pesisir pantai, di kanan perbukitan. Perpaduan yang sungguh mempesona. Meskipun jalannya berkelok - kelok, alhamdulillah Bintang enggak mabuk, malahan tidur sepanjang jalan.

Untuk mencapai Gili Trawangan kami harus naik perahu selama sekitar setengah jam. Dan kali ini Bintang mabuk karena guncangan ombak yang lumayan. Sempat cranky juga anaknya. Huhuhu. Sampai di Gili aku merasa bukan di Indonesia, habis ini pulau mayoritas yang lalu lalang kaum bule. Yang aku suka dari Gili ini adalah adanya peraturan "No car, no motorbike and no dog". Alat transportasinya adalah cidomo dan sepeda.






dermaga

Gili ini lebih cocok untuk aktivitas olah raga air seperti snorkling, diving. Sebenarnya pengen ikutan anak - anak snorkling, tapi karena punya kewajiban jagain Bintang, maka aku urungkan. Akhirnya kami mainan di tepi pantai yang pasirnya putih. Bermain air, keceh. Setelah capek kami mainan pasir di area salah satu cafe pinggir pantai tempat aku membeli makanan. Bintang seneng banget main pasir. Bagi Bintang, pantai dan pasir adalah hal yang baru, jadi aku biarkan dia bermain sampai puas. Pakaiannya basah dan kotor, tidak mengapa, bisa berbilas. Kesempatan yang tidak setiap hari ditemui. Nggak ada noda ya nggak belajar kan? :D



Selepas bermain, kami makan siang. Sembari menunggu anak - anak yang habis snorkling berbilas, aku, suami dan Bintang naik cidomo keliling pulau. Cukup dengan membayar seratus ribu rupiah. Baru naik sebentar Bintang langsung merem, sepertinya efek capek dan kenyang adalah perpaduan yang pas untuk membuatnya tertidur dengan cepat. Hehehe



Pas lagi keliling naik cidomo aku melewati Hotel Vila Ombak, hotel paling mewah se-Gili Trawangan yang menjadi salah satu destinasi favorit pasangan newly wed untuk menginap ketika bulan madu. Tempatnya emang bagus sih, punya private beach lounge yang bersih dan nggak crowded. Kata Ganes, mau deh ditinggal di sini. Aku juga mau nes, santai - santai di pinggir pantai apalagi klo gratis hotelnya. Hahaha.



mayoritas bule :D


Menjelang sore, sekitar jam setengah tiga kami kembali ke Mataram. Pas perjalanan pulang Bintang masih tidur, alhamdulillah dia nggak muntah lagi. Setelah itu kami mengunjungi pusat oleh - oleh lalu kembali ke hotel.

to be continued.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan