Feeling-ku soal kamu benar lagi, untuk kesekian kali. Betapa lucunya kamu, orang yang selalu minta dihargai, meminta tolong kepadaku. Berputar - putar dulu, melalui perantara dulu. Entah kenapa tidak langsung menghubungiku, padahal kamu juga punya nomor hand phone-ku. Oh jadi inikah namanya menghargai orang lain versimu? *manggut-manggut padahal nggak sepaham* :D Memangnya kalau lewat perantara yang notabene lebih tua terus aku nggak bisa nolak? Salah besar!! Naikkin bargaining power memang iya, tapi jawaban "tidak" tetap aku sodorkan. Hohoho.
Aku masih ingat sumpah serapahmu ketika waktu tempo hari aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Kamu bersumpah tidak akan minta tolong lagi untuk alasan apapun. Tapi apa yang terjadi kali ini? Apa bukan minta tolong namanya? Apa karena kamu ingat sumpahmu lantas kamu malu untuk menghubungiku? Eh malu apa gengsi ya? Apalah namanya :)
Aku penasaran apa yang akan terjadi nanti kalau aku bertemu denganmu. Apakah kamu akan pasang tampang bete seperti biasanya, atau dia ngoceh karena aku tak bisa memenuhi permintaanmu. Sebenarnya aku nggak peduli kamu mau ngomong apa, aku toh tak jarang berinteraksi denganmu, makanpun juga nggak minta kamu. Tapi kalau besok kamu cari gara - gara kayaknya udah saatnya diladeni. Sudah saatnya kamu disadarkan kalau jadi orang nggak bisa seenaknya maksa, atau kalau toh kamu tetap maksa aku punya hak untuk tetap acuh. Memangnya kamu siapa bisa bertingkah seenaknya? Bukan karena kamu lebih tua lalu kamu bisa semena - mena ya. Kalau besok kamu marah - marah, aku justru jadi tahu seberapa kedewasaanmu. Usia memang nggak jaminan kedewasaan sih ya. Hahaha. Aku sih juga belum dewasa tingkat dewa, tapi aku nggak hobi maksa. Aku sadar betul kalau hakku akan berbatasan dengan hak orang lain. *notetoself*
Well... Nobody said you have to like me, tapi bukan berarti kamu bisa cari gara - gara sama aku. Kamu harus tahu itu.
Comments