Skip to main content

Persamaan Pindah Rumah dan Patah Hati


Hari H itu semakin dekat, itu artinya aku akan meninggalkan rumah kos dalam waktu yang tidak lama lagi. Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama itu, tentu sudah banyak peristiwa yang terjadi, ada susah ada senang, ada kegagalan ada kesuksesan. Berat rasanya untuk pergi, aku sudah dan masih nyaman di sini, tapi pindah adalah hal yang tidak bisa aku elakkan lagi. Aku pun mulai mengepak barang - barangku untuk dipindahkan ke rumah tempat aku tinggal setelah menikah nanti. Setengahnya sudah aku pindah akhir bulan kemarin, sedangkan setengahnya lagi aku aku pindahkan dalam waktu dekat, minus barang - barang yang masih aku pakai seperti pakaian, galon, sepatu, peralatan sholat dan peralatan mandi. Beberapa barang sengaja aku buang karena tidak terpakai lagi atau hanya akan memenuhi ruangan. Ada sih yang sebenarnya nggak butuh - butuh banget tapi tetap aku simpan, masih sayang soalnya.

Ngomong - ngomong soal pindahan, kalau aku pikir - pikir prosesnya kok hampir sama dengan pemulihan pasca patah hati ya? Aku pernah baca salah satu tulisannya Raditya Dika yang isinya serupa dengan pendapatku barusan. Seingetku sih di website-nya salah satu brand kecantikan berkaitan dengan event menulis yang bertemakan Dare To Dream yangg dihelatnya. Aku udah searching di internet, tapi nggak nemu. Mungkin karena programnya sudah lewat masa berlakunya. Kalau ada yang nemu please do lemme know ya :)

Okey, balik lagi ke persamaan antara pindahan dengan pemulihan pasca patah hati. Setelah untuk beberapa saat bersama, kita pada akhirnya dihadapkan pada kenyataan bahwa kita harus pindah. Analoginya, setelah beberapa waktu menjalin hubungan (atau menaruh harapan) kita akhirnya bertemu dengan yang namanya perpisahan. Entah karena putus, ditinggal mati atau karena sudah tidak bisa diharapkan lagi. Setelah itu kita biasanya akan mengepak segala macam barang yang berhubungan sama sosok dari masa lalu tersebut. Untuk itulah kita harus pindah ke lain hati.

Sebelum pindah kita pastinya hunting dulu untuk menemukan sosok yang lebih sreg. Sama dengan kalau kita mau pindah rumah entah itu masih kontrak atau beli rumah. Kita pasti survey dulu untuk menemukan rumah baru yang memenuhi kriteria kita. Kalau sudah sreg, barulah kita menimbang dan berpikir masak - masak untuk melangkah lebih jauh untuk mengontrak atau membelinya, biar nggak rugi dan menyesal di kemudian hari. Setelah menemukan chemistry dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, barulah proses perpindahan itu dimulai. First thing to do adalah mengepak barang - barang yang masih dibutuhkan, membuang barang - barang yang tidak dipakai lagi. Ini sama dengan "ritual setelah putus" yaitu kita membuang barang - barang yang berhubungan dengan mantan denagn harapan nggak akan teringat terus menerus oleh bayangannya. Biasanya kita juga akan membuang kenangan - kenangan buruk selama bersama. Sebaliknya kenangan - kenangan manis biasanya akan tetap diingat, alasannya dibuang sayang atau terlalu manis untuk dilupakan, meski lama - kelamaan kenangan itu tidak akan mempunyai rasa apa - apa lagi.

Setelah menempati rumah atau hati baru, kita berarti telah membuka lembar baru dari kehidupan kita. Memang sih kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi setelah kita pindah, tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk tidak stuck dalam masa lalu yang suram as the world keeps on moving. Hidup itu buatku adalah sebuah misteri sekaligus kejutan, seperti lagunya Natasha Beddingfield "here's the book begun, the rest is still unwritten". Doaku, semoga di rumah baruku nanti I wish I could have a better life ahead, amin.

Untuk rumah kosku, terutama dua kamar yang sudah menaungiku selama di sana, terima kasih telah bersedia menemaniku dalam suka dan duka, melewati banyak peristiwa yang membuatku menangis dan tertawa. Pesanku, jagalah rahasiaku, biarlah itu tetap hanya aku dan kamu yang tahu. Sampai jumpa di lain waktu. Semoga kamu bahagia dengan penghuni barumu.


best regards,
Ratna Wahyu

Comments

Popular posts from this blog

Bintang GTM

Seminggu ini menjadi salah satu minggu yang membuatku sedih. Bagaimana tidak, Bintang yang selama ini pemakan segala mendadak GTM. Usut punya usut, dia lagi sariawan. Ini sariawan yang kedua. Setelah yang pertama sembuh, sekarang kok ya nongol lagi. Mana kejadian ini muncul ketika Bintang recovery dari batpil, di mana saat itu makannya tidak seperti biasanya. Ya iyalah, orang sakit mana gampang makannya. Sedih lihat Bintang jadi agak tirus gitu pipinya. Makannya dikit geraknya banyak, nggak bisa diam. Ngocehnya juga banyak. Sedih juga ngebayangin berapa BBnya sekarang. *sembunyikan timbangan. Selama sariawan Bintang jadi sedikit makannya. Di sariawan pertama dia masih mau makan meski harus bubur. Masih gampang juga nyuapinnya. Di sariawan yang kedua susahnya minta ampun, dia lebih sering GTM. Aneka masakan sudah aku coba, aku sengaja memasakkan aneka menu favoritnya. Tapi cuma disentuh seimprit, itupun kalau dia mood. Kesabaran semakin menipis karena khawatir kekurangan asupan...

Cerita Dari Jogja (Part 2)

Bandara Adi Sucipto: tampak depan Kali ini aku akan bercerita tentang bandara yang ada di Jogja, yaitu Adi Sucipto International Airport. Meskipun bertaraf internasional, bandara ini termasuk kecil secara luasan bangunan dan landasan. Beda jauh dengan bandara Juanda di Surabaya atau Soekarno Hatta di Jakarta. Ruangan kedatangan domestiknya nggak terlalu gede, bisa dikatakan kecil malah, "cuma" dilengkapi tiga baggage claim.  boarding room antrian masuk pesawat Untuk boarding room, berbeda dengan bandara lainnya yang bebentuk persegi panjang, di bandara ini bentuknya setengah lingkaran. Karena jumlahnya cuma satu, maka penumpang dari berbagai maskapai akan bercampur baur di sini. Boarding room ini dilengkapi 4 gate untuk naik pesawat. Cuma kemarin pas aku check in , di boarding pas s ku tertera gate 0. Berhubung ini baru pertama kali terjadi, daripada tersesat di bandara, aku bertanya ke salah satu petugas yang ada. Dari beliau, aku mendapatkan informa...

Aku dan Freezer = Pembuktian :)

Suka yang aneh - aneh. Doyan belanja. Boros. Keras kepala. Pemimpi. Itulah komentar orang - orang sekitar pas tahu aku berencana beli freezer baru karena freezer yang lama udah nggak muat buat ASIP. Sempat stress juga karena omongan tersebut. Tapi mereka kan nggak pernah berada di posisiku. Mereka nggak pernah pompa ASI kayak aku. Sempet kendur juga ketika disodori pertanyaan "emang bakal penuh?", "kalau udah nggak dipakai mau diapakan?". Hmm... Akhirnya aku tetap pada keputusanku, beli freezer baru. I don't care with all they said any longer. Modal utamaku cuma bismillah. Dan ketika freezer itu datang, apa yang terjadi? Aku menangis haru saat tahu freezer itu akhirnya penuh, bahkan nggak muat untuk ASIP yang ada setelah botol - botol yang berceceran (baca: dititipkan di mana - mana) dikumpulkan dan dipindahkan ke situ. Alhamdulillah wa syukurillah, aku berhasil membuktikan bahwa freezer ini emang worth to buy . Aku membuktikan kalau aku bisa ...