Skip to main content

Ganti Gigi

Sebenarnya tema ini sudah lama pengen aku post di blog, cuma belum sempat melulu, belum nemu mood untuk menguraikan pengalaman ganti gigi ini secara panjang lebar. *ngeles*

Ceritanya sekitar dua tahun lalu, kalau nggak salah pas semester akhir kuliah, gigiku patah karena kecelakaan. Sebelumnya gigiku emang sudah rapuh karena berlubang, jadilah semakin mudah untuk patah, karena lubangnya sebenarnya termasuk parah. Nah, karena patahnya nggak menyeluruh, tapi cuma sebagian, malah membuat keadaan semakin buruk karena ternyata gigi jadi menyerpih. Alhasil, gigi jadi sensitif, kena panas atau dingin sedikit aja jadi cenat - cenut. Aku mencoba bertahan karena nggak mau kehilangan gigiku, ceritanya nggak mau ompong. Tapi lama - lama semakin tersiksa, dan akhirnya menyerah juga. Aku memutuskan untuk mencabut akar gigiku tadi dan berniat untuk menggantinya dengan gigi artifisial.

Aku datang ke dokter gigi terdekat, minta dicabut. Karena geraham, makanya harus dibius dulu. Setelah dibius, dokterpun mulai bekerja, dan ternyata itu tak mudah sodara - sodara. Beraneka macam alat kedokteran gigi masuk ke dalam mulutku. Setelah setengah jam bekerja akhirnya berhasil juga, dan itu sumpah nyerinya luar biasa. Darah yang keluar banyak, sampai aku pusing hampir pingsan. Karena tragedi itulah aku mengurungkan niat untuk pasang gigi tiruan dalam waktu yang berdekatan.

Baru pada awal tahun ini, aku kepikiran lagi untuk memasang gigi tiruan. Soalnya dengan keadaan gigi geraham tengah hilang satu sangatlah tidak nyaman untuk makan. Untuk makan, aku sangat mengandalkan geraham sebelah kanan. Jadi, pas geraham kanan kena sariawan aku nggak susaaaah banget makannya, sampai - sampai, kadang - kadang, nggak makan saking sakitnya. Akhir tahun kemarin aku ketemu dengan pacarnya teman yang kebetulan dokter gigi. Aku ditawarin dirawat sama dia setelah dia sekilas memeriksa kondisi gigiku. Awalnya aku ditawari pasang kawat gigi, biar nggak usah pasang gigi tiruan karena gigiku depan ada yang tumpuk. Tapi, dengan mempertimbangkan keribetan dan ketidaktelatenanku, aku memutuskan untuk pasang gigi jembatan saja. Untuk memasang gigi jembatan ini tidaklah mudah, ada beberapa tahapan yang harus aku lalui, cerita lengkapnya seperti berikut:

1. Pembersihan karang gigi. 
Tujuannya adalah untuk mendapatkan cetak gigi yang baik, plus bisa lebih kuat kalau ditempeli gigi jembatan.

2. Cetak gigi. 
Tujuannya adalah untuk mengetahui bentuk dan ukuran gigi, baik yang hilang maupun yang masih utuh. Gigi dicetak dengan alat khusus berbentuk mirip centong nasi yang sudah dilumuri lilin dan dimasukkan ke dalam mulut. Pas nyetak gigi bawah, sumpah rasanya kayak mau kesedak, dan susah dibuat nafas. Setelah itu, gigi akan dicetak dengan gipsum. Untuk mendapatkan hasil cetak gigi ini dibutuhkan waktu kira - kira satu hari.

cetak gigi atas

cetak gigi bawah
3. Mengikir gigi. 
Ini bagian yang paling menyakitkan. Meskipun sudah dibius tapi sakitnya tetap saja terasa. Rasa ngilunya luar biasa. Cenat - cenutnya sampai dua hari. Tujuan dari proses ini adalah mengurangi volume gigi yang ada di samping kanan dan kiri dari gigi yang hilang supaya bisa si gigi baru bisa nancam dengan kuat. FYI, gigi jembatan tuh bentuknya mirip huruf T.

4. Pemasangan gigi tiruan sementara. 
Sembari menunggu gigi tiruan yang sebenarnya yaitu dari porselen, dipasanglah gigi dari akrilik, tujuannya biar nggak goyah atau renggang. Gigi ini nggak nyaman banget karena rasanya ngganjel dan ternyata mudah copot.

5. Pemasangan gigi baru. 
Setelah menunggu tiga hari (menunggu gigi tiruan selesai dicetak), gigi baru siap dipasang. Ini masangnya pakai lem khusus, jadi lebih kuat dan tidak mudah lepas. Untuk sementara, nggak boleh dibuat makan makanan yang keras, biar kokoh dulu. Awalnya rasanya ngganjel, tapi lama - lama nggak, mungkin karena sudah terbiasa.

How happy I am, sekarang bisa makan dengan geraham kanan kiri kayak gigi normal lainnya. Dan yang paling menyenangkan, si gigi baru ini susah untuk makanan berserat nyangkut di dalamnya, karena teksturnya lebih rapat dan tidak terlalu bergerigi seperti gigi asli. Mudah - mudahan nggak ada masalah lagi sama gigi - gigi yang lain. Tentu saja harus rajin merawatnya.

Comments

Yuki said…
Semoga tidak takut pergi ke dokter gigi lagi.

Kalau misalnya sudah punya junior, sebaiknya diperkenalkan tentang cara merawat gigi dan dokter gigi sejak dini, setidaknya ketika usinya 1 tahun. Meskipun kunjungannya cuma buat konsultasi. Sampai usia 3 tahun, anak-anak sulit untuk dipisahkan dari orang tuanya, tetapi, orang tua dapat mengenalkan tentang makanan yang sehat untuk gigi dan mulut.

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan