Hmm... Apakah cinta membuat orang buta? Cuma mikir yang indah - indah saja. Hmm... Apa sih pengorbanan paling besar yang akan kita lakukan atas nama cinta? Apa iya, kecintaan kita pada sesorang harus dibuktikan dengan memberikan semua yang kita punya? Rasa - rasanya, itu konsep yang sangat jauh berbeda. Tapi sayangnya kita seringkali dibiaskan oleh cinta yang kita punya.
Contohnya ya cerita sahabat saya di postingan Diantara Dua Cinta (Part1). Dia rela memberikan keperawanannya pada sang kekasih dengan alasan cinta. Kecintaannya yang besar pada kekasihnya, yang menurut saya, bakal jadi bumerang buat dirinya sendiri. Alasannya klise, seperti yang sudah sering kita jumpai di sinetron atau cerita fiksi. Sang pacar memintanya dengan alasan untuk menguji seberapa besar cintanya, dengan mengatakan kalimat sakti "Kalau kamu benar - benar cinta sama aku, buktiin dunk. Tenang aja, nggak akan terjadi apa - apa", kalau sang pacar menolak dia akan terus membujuk, "tenang aja, kalau ada apa - apa aku akan tanggung jawab kok". Kalau nggak dikasih, dia biasanya akan ngambek, pasang tampang sedih atau marah - marah, sampai sang pacar akhirnya mengabulkan. Dan, taaarrrraaaa, terjadilah hal itu.
And after that "show", yang biasanya muncul adalah penyesalan, perasaan bersalah atau malah terjebak pada lingkaran hitam, ketagihan. Temen saya mengalami semuanya. Plus kekhwatiran yang amat sangat akan kehilangan atau ditinggalkan sang kekasih. Karena dia sudah terlajur bayar "down payment". Juga perasaan was - was, aib itu bakal terbongkar. Saya nggak habis pikir, kenapa dia begitu mudahnya terjebak dalam rayuan murahan itu. Kalau saya, mending putus aja deh, daripada harus memberikan sesuatu yang saya yakini sangat berharga ke dia. Toh, nggak ada jaminan dia bakal jadi suami nantinya. Daripada nyesel seumur hidup. Oh no..
Dulu, saya pernah emngalami kejadian serupa. Tapi nggak sampai kejadian. Waktu itu saya sangat kaget dengan permintaan jahat itu. Saya dirayu sedemikian rupa, tapi alhamdulillah saya masih bisa mikir dengan otak, bukan dengan hati. Saya menolaknya. Selain takut sama Allah, saya juga takut sama hukum sosial yang akan menimpa. Waktu saya berpikir tentang kata - kata penolakan yang baik, untungnya yang ada di otak saya, efek - efek negatifnya. Saya ketakutan. Saya inget kata - kata ayah saya "kalau sampai kejadian, silahkan pergi dari rumah ini dan jangan kembali lagi. Atau kalau tetap nekat balik, kamu akan kehilangan nyawamu".
Dan akhirnya saya memutuskan untuk menolaknya, meski ujungnya juga sangat tidak mengenakkan buat saya. Dia mencari perempuan lain, dan akhirnya memutuskan saya. Sakit, sangat sakit. Tapi saya mencoba bertahan sekuat tenaga. Saya sempat down, bagaimana tidak, hubungan yang sudah dibina bertahun - tahun berakhir karena masalah ini. Saya curhat sana - sini, demi mencari penguatan diri. Sahabat - sahabat saya memberi kata - kata mutiara yang saya jadikan penguatan dan renungan, diantaranya:
1. Kalau dia cowok yang baik, dia nggak akan ngrusak kamu.
2. Yakinlah, di luar sana ada seseorang bisa memberimu lebih. Entah siapa, kapan, di mana, pasti.
3. Dia bukan cowok yang baik untukmu, makanya Allah menjauhkannya dari kamu.
4. Allah answers a prayer in three ways. He says YES and gives u what U WANT. He says NO and gives U THE BETTER ONE. He says WAIT and gives U THE BEST. In his own time
And then, I made my own opinion, "he's not all that I think he is. He's not worth enough to have me in his life. In letting him go I'm loving my self". Dan satu lagi "I believe that God will give me the better one".
Kembali ke kasus yang menimpa sahabat saya. Saya sudah bosan mendengar cerita tentang ketidaknyamanan, kesengsaraan, ataulah penderitaan yang selama ini mereka rasakan. Dan si cowokpun juga mengeluhkan hal yang sama. Paginya, setelah semalamnya chat dengan yang cewek, aku chat dengan yang cowok. Dan seperti biasa versi cerita mereka berbeda, bertolak belakang malahan. Saya mengkroscek omongan mereka dan si cowok marah - marah karena si cewek dianggap memanipulasi fakta yang ada. Dia juga bilang kalau dia marah banget.. Makanya memutuskan untuk break sebulan, tanpa ketemu, tanpa komunikasi. Untuk introspeksi katanya. Hmmm.. Okey, kita tunggu saja gimana kelanjutannya. Semoga ada titik terang, ada jalan untuk kasus yang tak berkesudahan ini.
Contohnya ya cerita sahabat saya di postingan Diantara Dua Cinta (Part1). Dia rela memberikan keperawanannya pada sang kekasih dengan alasan cinta. Kecintaannya yang besar pada kekasihnya, yang menurut saya, bakal jadi bumerang buat dirinya sendiri. Alasannya klise, seperti yang sudah sering kita jumpai di sinetron atau cerita fiksi. Sang pacar memintanya dengan alasan untuk menguji seberapa besar cintanya, dengan mengatakan kalimat sakti "Kalau kamu benar - benar cinta sama aku, buktiin dunk. Tenang aja, nggak akan terjadi apa - apa", kalau sang pacar menolak dia akan terus membujuk, "tenang aja, kalau ada apa - apa aku akan tanggung jawab kok". Kalau nggak dikasih, dia biasanya akan ngambek, pasang tampang sedih atau marah - marah, sampai sang pacar akhirnya mengabulkan. Dan, taaarrrraaaa, terjadilah hal itu.
And after that "show", yang biasanya muncul adalah penyesalan, perasaan bersalah atau malah terjebak pada lingkaran hitam, ketagihan. Temen saya mengalami semuanya. Plus kekhwatiran yang amat sangat akan kehilangan atau ditinggalkan sang kekasih. Karena dia sudah terlajur bayar "down payment". Juga perasaan was - was, aib itu bakal terbongkar. Saya nggak habis pikir, kenapa dia begitu mudahnya terjebak dalam rayuan murahan itu. Kalau saya, mending putus aja deh, daripada harus memberikan sesuatu yang saya yakini sangat berharga ke dia. Toh, nggak ada jaminan dia bakal jadi suami nantinya. Daripada nyesel seumur hidup. Oh no..
Dulu, saya pernah emngalami kejadian serupa. Tapi nggak sampai kejadian. Waktu itu saya sangat kaget dengan permintaan jahat itu. Saya dirayu sedemikian rupa, tapi alhamdulillah saya masih bisa mikir dengan otak, bukan dengan hati. Saya menolaknya. Selain takut sama Allah, saya juga takut sama hukum sosial yang akan menimpa. Waktu saya berpikir tentang kata - kata penolakan yang baik, untungnya yang ada di otak saya, efek - efek negatifnya. Saya ketakutan. Saya inget kata - kata ayah saya "kalau sampai kejadian, silahkan pergi dari rumah ini dan jangan kembali lagi. Atau kalau tetap nekat balik, kamu akan kehilangan nyawamu".
Dan akhirnya saya memutuskan untuk menolaknya, meski ujungnya juga sangat tidak mengenakkan buat saya. Dia mencari perempuan lain, dan akhirnya memutuskan saya. Sakit, sangat sakit. Tapi saya mencoba bertahan sekuat tenaga. Saya sempat down, bagaimana tidak, hubungan yang sudah dibina bertahun - tahun berakhir karena masalah ini. Saya curhat sana - sini, demi mencari penguatan diri. Sahabat - sahabat saya memberi kata - kata mutiara yang saya jadikan penguatan dan renungan, diantaranya:
1. Kalau dia cowok yang baik, dia nggak akan ngrusak kamu.
2. Yakinlah, di luar sana ada seseorang bisa memberimu lebih. Entah siapa, kapan, di mana, pasti.
3. Dia bukan cowok yang baik untukmu, makanya Allah menjauhkannya dari kamu.
4. Allah answers a prayer in three ways. He says YES and gives u what U WANT. He says NO and gives U THE BETTER ONE. He says WAIT and gives U THE BEST. In his own time
And then, I made my own opinion, "he's not all that I think he is. He's not worth enough to have me in his life. In letting him go I'm loving my self". Dan satu lagi "I believe that God will give me the better one".
Kembali ke kasus yang menimpa sahabat saya. Saya sudah bosan mendengar cerita tentang ketidaknyamanan, kesengsaraan, ataulah penderitaan yang selama ini mereka rasakan. Dan si cowokpun juga mengeluhkan hal yang sama. Paginya, setelah semalamnya chat dengan yang cewek, aku chat dengan yang cowok. Dan seperti biasa versi cerita mereka berbeda, bertolak belakang malahan. Saya mengkroscek omongan mereka dan si cowok marah - marah karena si cewek dianggap memanipulasi fakta yang ada. Dia juga bilang kalau dia marah banget.. Makanya memutuskan untuk break sebulan, tanpa ketemu, tanpa komunikasi. Untuk introspeksi katanya. Hmmm.. Okey, kita tunggu saja gimana kelanjutannya. Semoga ada titik terang, ada jalan untuk kasus yang tak berkesudahan ini.
Comments