Skip to main content

Ketika Tangan Kita Bergenggaman



Hei kamu.

Akhirnya kita bertemu. Sebenarnya ini bukan yang pertama. Tapi ini yang paling istimewa. Karena akhirnya aku berhasil jalan berdua dengan kamu untuk pertama kalinya.

Sumpah, ini rasanya seperti mimpi. Meskipun memang sudah lama aku menantikan semua ini.

Jangan tanya bagaimana degup jantungku berpacu ketika aku bisa duduk dalam jarak yang begitu dekat  denganmu. Degupnya berlipat dalam hitungan tak menentu. Dalam mobil yang kamu kemudikan, saat jarak tubuh kita tak lebih dari sedepa, aku bisa mencium aroma parfummu. Aroma maskulin yang ingin kuhirup lama untuk memenuhi rongga dadaku.

Lima belas menit kemudian, kita duduk berhadapan di sebuah restoran kenamaan. Ah, aku sejujurnya tak peduli soal makanan, itu sudah jadi prioritas kesekian. Yang paling penting adalah aku bisa menikmati senyummu sepuasku, tanpa ada yang mengganggu. Suara lembutmu bergaung manis di telingaku. Ibarat nyanyian merdu yang ingin kudengar sepanjang waktu. 

Dunia terlalu indah ketika bersamamu. Aku ingin sekali membekukan waktu bila aku mampu. Aku mau selamanya bersama kamu. Aduh, kenapa kamu secepat ini menjadi candu buatku.

Aish, kenapa aku jadi tak mampu berkata - kata? Tatapanmu menghujam jantungku dan kamu membungkam mulutku dengan suksesnya. Rangkaian kata yang aku siapkan sebelumnya tiba - tiba menguap begitu saja, entah kemana.

"Kenapa kamu diam saja, Re? Biasanya kamu rame dan ceria. Kamu nggak sakit kan?"

Aduh, jangan sampai kamu tahu kalau perutku sedang mulas dan kakiku lemas saking gugupnya.

"Ehmm.. Gak kenapa - kenapa kok", jawabku terbata - bata.

"Tapi sebenarnya matamu berbinar lho. Kaya' lagi bahagia tingkat dewa. Cerita donk sini ke aku"

Mati deh aku, kenapa mata ini bicara semaunya tanpa kompromi dulu? Aku bahagia ya jelas saja, kan kamu yang membuat hatiku melayang ke angkasa. Tak tahukah kamu tentang itu? Jangan bilang kamu tahu tapi sedang berusaha menggodaku, memaksaku untuk memberi konfirmasi soal itu. Tak tahukah kamu bahwa kamu sudah berhasil menguak isi hatiku dari mataku. Tatapanmu mejelajah santai menyusuri hatiku, mengorek informasi apa yang sedang terjadi di dalam situ.

"Rhea Anindita. I always love the way you smile. Keceriaanmu luar biasa, sampai orang di sekitarmu  terbawa suasana. Apa sih resepnya bisa seceria itu?"

Deg, kamu mulai menyerangku. Hatiku luluh lantak. Tapi tolong ajari aku untuk membangun pertahanan hatiku agar tak tampak gampangan di matamu meski rasanya aku sudah tak sabar menghambur ke pelukmu.

"Karena senyum itu sedekah yang paling murah dan mudah", jawabku sekenanya sambil meraih segelas jus jeruk di hadapanku yang secepat kilat berpindah ke perutku demi menetralisir kegugupanku. Mulutku terkunci sementara tatapanku terpatri ke arahmu.

"A very simple yet great reason", jawabmu santai sambil mengaduk kopi di depanmu.

Pemandangan yang ingin aku lihat setiap hari, aktivitas yang sangat natural. Duh, aku mau banget membuatkan kopi untukmu. Jangankan setiap hari, setiap jam pun aku mau.

"Re, actually I have something to say...."

"Yaaaa..."

Aku melihat tanganmu bergerak mendekati tanganku. Tuhaannn, tolong aku. Bisikku dalam hati. Aku menarik nafas panjang nan berat. Kerongkonganku seperti tercekat.

Waktu seakan melambat. Aku heran kenapa tanganmu tak segera sampai ke tanganku yang mendadak dingin.

"Duaaarrrrrrrrrrr"

Tangan kita akhirnya bergenggaman erat. Aku ingin selamanya lekat. Sayangnya tangan kita bertaut ketika mencari selamat, bukan untuk mengucap janji yang mengikat. Kamu menarikku sekuat tenaga, menjauh dari kobaran api yang menjilat - jilat.

Bunyi ledakan itu membuyarkan semuanya. Kepalaku berat. Dunia menghitam, dahiku dibasahi cairan anyir  yang hangat. Kejadian selanjutnya sudah tak bisa kuingat. Tak kusangka pertemuan kita hari itu berakhir di unit gawat darurat.

***
Sepuluh menit kemudian, di layar salah satu stasiun televisi:

"Selamat sore pemirsa. Breaking News kembali lagi di hadapan Anda. Salah satu restoran ternama di jalan Mutiara dilalap si jago merah. Dugaan sementara kebakaran terjadi akibat ledakan tabung elpiji dari dapur restoran. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Korban luka cukup banyak karena kebakaran terjadi ketika pengunjung restoran sedang ramai. Korban saat ini dilarikan ke RSU dr. Soetomo dan RS Husada Utama."

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan