Image taken from Google |
Banyak yang nggak paham kalau seseorang mendonorkan ASI hari ini, bukan berarti besok mereka bisa minta semaunya lagi. Bukan berarti ada ikatan atau kewajiban bagi ibu tsb untuk memberikan ASIP lagi kepadanya, apapun alasannya.
Ternyata...
Banyak yang nggak paham kalau mendonorkan ASI adalah aktivitas atas dasar sukarela, bukan karena dipaksa.
Ternyata ...
Banyak yang nggak paham kalau menemukan donor ASI bukan berarti mengalihkan tanggung jawab perjuangan pemberian ASI kepada orang lain, dan bukan berarti bisa dengan mudahnya mengandalkan ASI orang lain atas nama kelangsungan hidup seorang bayi.
Mengenang kejadian di suatu malam. Ketika percakapan ini terjadi:
Seorang Ibu: Kamu tadi bawa botol berapa wuk?
Ternyata...
Banyak yang nggak paham kalau mendonorkan ASI adalah aktivitas atas dasar sukarela, bukan karena dipaksa.
Ternyata ...
Banyak yang nggak paham kalau menemukan donor ASI bukan berarti mengalihkan tanggung jawab perjuangan pemberian ASI kepada orang lain, dan bukan berarti bisa dengan mudahnya mengandalkan ASI orang lain atas nama kelangsungan hidup seorang bayi.
Mengenang kejadian di suatu malam. Ketika percakapan ini terjadi:
Seorang Ibu: Kamu tadi bawa botol berapa wuk?
Seorang Anak: Sepuluh.
Seorang Ibu: Trus ini tadi dibawain berapa?
Seorang Anak: Dua belas.
Seorang Ibu: Berarti kamu masih punya utang dua botol sama mbak ini.
Aku: Nggak usah tante, kasian kalau ke sini cuma nganter botol, jauh.
Seorang Ibu: Lhoo.. Sekalian mau ambil lagi dua puluh kok. Kan punyamu masih banyak.
Aku: (speechless).
Suami yang ternyata menguping pembicaraan dari lantai atas kemudian bilang: "Ibunya besok mau ambil lagi? Nggak usah dikasih. Aku nggak suka kalau kamu diposisikan seperti sapi perah. Orang kok mau datang dan ambil sesukanya".
*kemudian hening*
Jujur, aku nggak suka diposisikan seperti ini. Bukannya nggak ikhlas atau apa. Tapi lebih karena tidak suka dan tidak mau dianggap sebagai "sapi perah" seperti yang suamiku bilang.
Suami yang ternyata menguping pembicaraan dari lantai atas kemudian bilang: "Ibunya besok mau ambil lagi? Nggak usah dikasih. Aku nggak suka kalau kamu diposisikan seperti sapi perah. Orang kok mau datang dan ambil sesukanya".
*kemudian hening*
Jujur, aku nggak suka diposisikan seperti ini. Bukannya nggak ikhlas atau apa. Tapi lebih karena tidak suka dan tidak mau dianggap sebagai "sapi perah" seperti yang suamiku bilang.
Comments