Skip to main content

Ketika Bayi Sakit

Paling nggak tega kalau melihat bayi kita sakit. Ya iyalah, mana ada orangtua yang mau anaknya sakit. Jawabnya pasti nggak ada. Nggak tega di sini lebih ke kasian dan kadang bingung menghadapinya karena bayi belum bisa ngomong sakitnya di mana dan rasanya bagaimana. Ketika sakit itu datang, kita pun harus menghadapinya.

Kejadian bayi sakit ini sedang aku alami. Dua hari yang lalu Bintang mulai agak rewel. Kepalanya kalau dipegang terasa hangat, tapi bagian tubuh yang lain tetap normal. Aku cek pakai termometer hasilnya 37,4 C. Belum masuk kategori butuh penurun demam. Jujur aku belum pernah menghadapi gejala seperti ini. Sambil tetap observasi, aku memperbanyak asupan ASI. Malam pertama Bintang terbangun tengah malam, lalu untuk pertama kalinya rewel dalam waktu yang lama, hampir dua jam. Nangis tengah malam itu terdengar membahana meskipun nggak kenceng. Seisi rumah heboh menenangkan, mulai dari menggendong, nyanyi, ngaji ngajak bermain. Berhasil berhenti lalu nangis lagi, begitu terjadi bekali - kali. Saking lamanya nangis suaranya jadi serak dan matanya merah. Awalnya sih nggak panik, tapi lama - lama kemakan suasana juga. Ditambah lagi Bintang nggak mau nyusu. Sempat nyusu bentar sih, tapi berhenti karena dia terbatuk dan memuntahkan ASI campur dahak. Kekhawatiranku sih lebih ke takut dehidrasi. 

Di ambang batas kesabaran menunggu Bintang mau berhenti nangis, aku memutuskan untuk meletakkan di kasur dengan menyertakan beberapa mainan favoritnya. Aku bilang ke dia "Mas, bunda nggak tahu maunya mas apa. Sekarang mas mau apa? Lakukanlah yang mas mau". Aku percaya bayi bisa ngerti apa yang orang dewasa bicarakan, meskipun dia belum bisa menjawab dengan bahasa kata. Tak lama kemudian Bintang merebah sendiri, nduselin mbah sambil tetap nangis tapi lama - lama berhenti sendiri. Ketika kantuk mula menyerangnya, dia berbalik ke arahku minta nenen, nggak lama kemudian, dia tertidur dalam penyusuannya dan bertahan di atas dadaku beberapa saat. Sampai akhirnya aku memindahkannya di sampingku.

Paginya, hidungnya mengeluarkan ingus. Oh, jadi anak ini ceritanya pilek ya. Nggak ketularan siapa - siapa sih di rumah karena orang rumah lagi pada sehat. Selama ini dia sih kebal aja kalau orang rumah ada yang sakit. Mungkin kali ini daya tahan tubuhnya lagi drop atau mungkin ketularan orang lewat saat dia jalan - jalan sore. Oke, semakin jelas apa yang harus dilakukan kalau kayak gini. Terapi uap. Aku sudah berpesan kepada mbah untuk melakukannya ketika tidur. Pulang kantor, aku masih menemukan dia ingusan, tapi nggak pake rewel melainkan bertambah batuk. :((

Seperti hari sebelumnya, ASI ditambah. Aku lebih sering menawarinya nenen. Alhamdulillah mau. Ketika nyusu aku bilang padanya "mas, kamu lagi batuk pilek. Ini biasa terjadi sama setiap orang. Mas tenang ya. Kalau nangis entar malah sakit. Mas minum yang banyak ya sama bunda terapiin uap buat kamu biar kamu cepat sembuh". Dia diem aja sih. Tapi again, aku yakin dia paham maksud kalimatku. Modal bismillah sama sugesti positif.

Malam kedua, ketika tengah malam dia terbangun, dia langsung nangis, tapi ketika aku bilang "tenang ya mas" dia berhenti nangis dalam waktu yang nggak lama, tanpa harus digendong. Modalnya cuma didekap trus disodorin payudara :) Tengah - tengah minum, dia terbatuk, lalu memuntahkan ASI yang diminumnya. Aku lihat nggak ada dahak. Sambil membantunya bangun, aku sekali lagi "tenang ya mas, bunda gantiin bajumu dulu, nanti habis ini minum lagi". Surprisingly, Bintang tetap tenang selama kami membersihkan badan dan tempat tidurnya. Dia duduk anteng sambel megangin mobil - mobilannya. Ketika suami memakaikan baju Bintang dan mbah membersihkan tempat tidur, aku browsing penanganan bayi batuk pilek. Nemu resep untuk mengoleskan irisan bawang merah yang dicampur minyak telon ke dada, leher, punggung da ubun - ubun. Oke, aku memutuskan untuk mencobanya sembari mendengar celotehan suami untuk segera membawa Bintang ke dokter. "coba home treatment dulu ya, ini common problems kok. Nanti kalau tiga hari belum ada kemajuan, kita ke dokter. Okey?". Suami ngangguk aja.

Setelah diolesi ramuan tradisional tsb, Bintang nenen lamaaa. Mungkin karena haus dan membuatnya nyaman. Setelah nenen, dia asyik nempel di dada. Nyaman buat dia soalnya. Ahhh, dada ibu emang luar biasa. Kalau bayi panas, dadanya jadi dingin. Sebaliknya kalau bayi dingin, dada ibu jadi hangat. Setelah asyik nempel, dia bukannya ngantuk eh malah seakan dapat suntikan energi. Dia bangun, duduk dan sibuk sama mainannya sambil ngoceh - ngoceh. Karena mata udah mulai ngantuk, akupun menanyainya "mas, kamu nggak ngatuk ta? bobok yuk, Bunda ngantuk ni". Dia senyum - senyum sambil nepuk - nepuk pipiku. FYI, kalau bintang udah ngepuk -ngepuk kayak gini, artinya orang yang dipuk - puk disuruh bobok. "Kamu masih mau main ya? Yawda bunda bobok duluan ya, nanti kalau udah ngantuk, kamu bobok ya mas". Dan beneran donk aku merem duluan, sementara Bintang masih melanjutkan mainnya. Aku nggak tahu dia main sampai jam berapa, tahu - tahu pas aku bangun, dia udah tidur di sampingku dengan satu tangan megangin tanganku. What a lovely.

Pagi ini dia masih mbeler sih, tapi udah ceria lagi. udah ngrangkak kesana kemari dan ngoceh ini itu. Dia  akan di home treatment lagi. Semoga cepet sembuh ya mas :* :*

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan