Skip to main content

Nge-Ramen

Weekend kemarin suami ngajakin nyobain makan Ramen. Udah ngidam banget gitu deh, maklum dari dulu merencanakan nyobain makanan ini selalu ketunda-tunda dengan berbagai alasan. Kami nyoba di Ramen 38 Sanpachi di Sutos. 

suasana resto. Aku suka lampionnya :)
Suami pesen Jigoku, one of best seller ones. Katanya sih biar aman, karena sudah banyak dipesan orang, hehe. Isinya mie, sawi hijau, irisan jamur kuping sama irisan daun yang aku nggak tahu apa namanya, hahaha.  Jigoku kuahnya kental dan warnanya pekat, kuning kunyit kecoklatan. Jigoku ini ada pilihan level pedasnya antara 1-10, kemarin suami pesan level 5. Rasanya lumayan. Bumbunya kerasa.

Jigoku
Sedangkan aku pesen Wan Tan. Isinya  mie, semacam pangsit isi ayam, sawi hijau dan daging ayam cincang. Untuk kuah, dari segi warna dan rasa lebih light dibandingkan Jigoku. Jadinya sih kurang nendang menurutku. Yang bikin nilai minus adalah pangsitnya terlalu lembek, pas diangkat pakai sumpit langsung mrotoli.

Wan Tan
Secara keseluruhan, menurutku tidak ada sesuatu yang spesial dari ramen ini. Biasa aja. Kalau disuruh ngasih nilai, aku cuma ngasih nilai 6,5. Aku pribadi mikir ulang buat nyoba lagi makan di sini. Apalagi harganya termasuk mahal buat ukuran mie. Porsi small dibandrol 30-45 ribu, sedangkan untuk ukuran medium dibandrol 50-65 ribu. Oiya, sebagai dessert Anda akan diberikan dua potong konyaku gel seukuran ice block dengan cetakan ice pods bawaan lemari es.

Sebagai penggemar olahan berbahan dasar mie, aku sih pengen nyobain makan Ramen di tempat lain. Kalau ada tempat makan Ramen yang oke, boleh banget direkomendasikan ke aku :)

Comments

Popular posts from this blog

Bintang GTM

Seminggu ini menjadi salah satu minggu yang membuatku sedih. Bagaimana tidak, Bintang yang selama ini pemakan segala mendadak GTM. Usut punya usut, dia lagi sariawan. Ini sariawan yang kedua. Setelah yang pertama sembuh, sekarang kok ya nongol lagi. Mana kejadian ini muncul ketika Bintang recovery dari batpil, di mana saat itu makannya tidak seperti biasanya. Ya iyalah, orang sakit mana gampang makannya. Sedih lihat Bintang jadi agak tirus gitu pipinya. Makannya dikit geraknya banyak, nggak bisa diam. Ngocehnya juga banyak. Sedih juga ngebayangin berapa BBnya sekarang. *sembunyikan timbangan. Selama sariawan Bintang jadi sedikit makannya. Di sariawan pertama dia masih mau makan meski harus bubur. Masih gampang juga nyuapinnya. Di sariawan yang kedua susahnya minta ampun, dia lebih sering GTM. Aneka masakan sudah aku coba, aku sengaja memasakkan aneka menu favoritnya. Tapi cuma disentuh seimprit, itupun kalau dia mood. Kesabaran semakin menipis karena khawatir kekurangan asupan...

Cerita Dari Jogja (Part 2)

Bandara Adi Sucipto: tampak depan Kali ini aku akan bercerita tentang bandara yang ada di Jogja, yaitu Adi Sucipto International Airport. Meskipun bertaraf internasional, bandara ini termasuk kecil secara luasan bangunan dan landasan. Beda jauh dengan bandara Juanda di Surabaya atau Soekarno Hatta di Jakarta. Ruangan kedatangan domestiknya nggak terlalu gede, bisa dikatakan kecil malah, "cuma" dilengkapi tiga baggage claim.  boarding room antrian masuk pesawat Untuk boarding room, berbeda dengan bandara lainnya yang bebentuk persegi panjang, di bandara ini bentuknya setengah lingkaran. Karena jumlahnya cuma satu, maka penumpang dari berbagai maskapai akan bercampur baur di sini. Boarding room ini dilengkapi 4 gate untuk naik pesawat. Cuma kemarin pas aku check in , di boarding pas s ku tertera gate 0. Berhubung ini baru pertama kali terjadi, daripada tersesat di bandara, aku bertanya ke salah satu petugas yang ada. Dari beliau, aku mendapatkan informa...

Aku dan Freezer = Pembuktian :)

Suka yang aneh - aneh. Doyan belanja. Boros. Keras kepala. Pemimpi. Itulah komentar orang - orang sekitar pas tahu aku berencana beli freezer baru karena freezer yang lama udah nggak muat buat ASIP. Sempat stress juga karena omongan tersebut. Tapi mereka kan nggak pernah berada di posisiku. Mereka nggak pernah pompa ASI kayak aku. Sempet kendur juga ketika disodori pertanyaan "emang bakal penuh?", "kalau udah nggak dipakai mau diapakan?". Hmm... Akhirnya aku tetap pada keputusanku, beli freezer baru. I don't care with all they said any longer. Modal utamaku cuma bismillah. Dan ketika freezer itu datang, apa yang terjadi? Aku menangis haru saat tahu freezer itu akhirnya penuh, bahkan nggak muat untuk ASIP yang ada setelah botol - botol yang berceceran (baca: dititipkan di mana - mana) dikumpulkan dan dipindahkan ke situ. Alhamdulillah wa syukurillah, aku berhasil membuktikan bahwa freezer ini emang worth to buy . Aku membuktikan kalau aku bisa ...