Aku sebenarnya nggak begitu capek, tapi aku sengaja ingin tidur lebih malam, hanya untuk memulihkan staminaku yang sempat anjlok. Begitu aku menyalakan hapeku, jujur, aku nggak bisa bohong kalau aku sbenarnya berharap kamu menghubungiku, tapi aku baik-baik saja saat kenyataan berkata lain. Ya sudahlah... Yang paling aku suka dari suatu aktivitas bernama tidur, selain untuk beristirahat, adalah aku bisa sesaat melarikan diri dari semua permasalahan yang ada. Dan tak berapa lama setelah aku mematikan lampu kamarku, akupun terbuai ke peraduan.
Jam di hapeku menunjukkan angka 22:47 ketika aku terjaga dari tidurku. Tidak terjadi apa-apa padanya, tak ada SMS dan tak ada telepon. Aku mendesah panjang, antara membuang nafas dan menahan nyeri yang tiba-tiba terasa menjalari sekujur tubuhku. Aku membalikkan tubuhku, berharap ada sesuatu yang membuatku lebih kuat. Aku memejamkan mata dan mulai memanjatkan doa, tapi ketika doaku mulai teralun dalam hati, aku mendapati tetesan hangat di pelupuk mataku. "Oh no.. I'm cying, God.. I don't wanna cry of this", i said to myself. Aku berkali-kali mengambil nafas panjang, untuk menenangkanku, tapi berulangkali aku emnemui kegagalan, air mataku justru semakin tidak bisa terkontrol, satu per satu berontak ekluar, membentuk anak sungai di pipiku. Lama sekali aku menangis, dalam sunyi, tanpa suara. Aku tak habis pikir kamu bisa secuek ini padaku di saat kamu tahu aku membutuhkanmu. Aku mengutukimu... Dan tentu saja lebih mengutuki diriku sendiri yang terlalu membutuhkanmu, terlalu bergantung padamu, hingga akhir-akhir ini aku menyadari I'm so addicted of you. Kadang aku mentertawakan kebodohanku ini, tapi ini adalah fakta yang harus aku terima.
Sebenarnya aku tidak ingin menangis gara-gara ini, tapi aku pun tak bisa membohongi diriku sendiri, kalau ternyata masalah ini cukup "mengganggu" hidupku beberapa hari ini. Makanya, kali ini aku membiarkan air mataku tumpah ruah sebagai peluapan atas beban yang aku rasakan. Aku tahu menangis tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tapi, mmm... mungkin dengan begini, aku menjadi sedikit lebih lega.
Aku berhenti nangis, karena selain sudah capek dan mata terasa panas, aku inget satu hal, aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan di sana, apakah berpikir dan mengalami apa yang aku rasakan atau amlah sebaliknya, bersikap cuek-cuek saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dan aku tahu kamu nggak mungkin nangis gara-gara hal ini. Sambil mengusap sisa-sisa airmata aku dengan "bodohnya" masih sempat mengucapkan mantra gila "dear.. hear what my heart cries"
Comments