Skip to main content

Belajar Memasak

Sejatinya seluruh proses hidup kita adalah kegiatan "memasak". Memasak berarti meramu, memilih dan memilah bagian mana atau sisi mana yang baik dan dapat digunakan. Untuk kemudian disatukan dan diproses hingga menjadi masakan lezat yang lebih bermanfaat, lebih bisa dinikmati, lebih punya cita rasa.

Begitu pula kita, yang dalam hidup ini belajar banyak hal. Baik yang kita peroleh di bangku sekolah maupun yang kita dapat dari emlihat, mendengar dan merenungkan keindahan dan kesempurnaan penciptaan Allah. Juga dari kejadian yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Kita juga dikarunia segala kelebihan dibanding makhluk lain, dibekali beberapa kekuranagn yang sejatinya adalah kelebihan. Semuanya itu kita pilah dan pilih, sisi mana yang baik, sisi mana yang kita teladan dan sisi mana yang seharusnya kita buang ke kotak sampah.

Sehingga potongan - potongan buah kisah kita, sayur - sayuran kejadian dan bumbu - bumbu ilmu pengetahuan kita tidak akan kita diamkan begitu saja, untuk kemudian membusuk dimakan belatung dosa yang kian hari kian banyak. Atau bahkan semua habis tak tersisa, tanpa manfaat sedikitpun. Semestinya kita cepat menggoreng dalam oven hati kita dan kompor otak. Agar semuanya menjadi satu dan bukan satu - satu. Menjadi masakan yang nikmat untuk segera kita nikmati dan jadi bekal menjalani hidup.

Namun yang sering terjadi pada kita adalah seluruh kejadian lewat tanpa kesan. Seluruh ilmu hanya menumpuk dan makin menumpuk, hingga tercampur antara yang sudah expired dan yang masih bisa dipakai. Kita belum mampu memilah pengalaman hidup dan ilmu mana yang seharusnya kita pakai sebagai modal menjalani hidup, yang kian hari kian bias antara haq dan bathil. Kita belum mampu menggali segala potensi diri dan menyadari segala kekurangan diri. Hingga tak jarang, kita sering salah memakai ramuan ilmu untuk menyikapi setiap kejadian.

Memasak juga tak sekedar measukkan bahan dan bumbu. Ada aturan yang mesti dipenuhi, ada resep yang harus dijadikan pedoman. Dila masakan kita tidaks esuai degan ukuran bumbu dan bahannya, tentu saja tidak akan menjadi amsakan yang layak disantap, baik oleh kita maupun orang lain.

Dalam hidup kita jelas sudah, Al Quran dan sunnah rasul adalah pedoman. Sebuah resep yang disajikan Allah untuk menjadi sebuah masakan hidup yang lebih baik. Kedua resep itu merupakan rujukan pertama (resep babon) dan utama bagi hidup manusia, untuk memasaka segala bekal hidup. Di dalamnya sudah tertata rapi resep - resep istimewa pilihan Allah dan Rasul-Nya. Tinggal kita yang bersedia atau tidak memakai resep ini.

Proses memasak dalam diri, jiwa, akal dan hati itu, sejatinya adalah sebuah proses penyiapan diri agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Pertanyaanya, sudahkah kita memasak segala potensi diri. Mengolah segala akrunia kelebihan dan kekurangan agar bisa menjadi manusia terbaik di sisi Allah. Siap dinikmati oleh sesama dengan kelezatan prima. Mari kita belajar memasak bersama, dengan banyak - banyak mengenal dan mengembangkan resep dan mempraktekkannya, agar bisa menjadi ahli memasak terbaik dan dapat menyajikan masakan yang lezat untuk dinikmati.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan