Skip to main content

Salahkah Kita Bercita - Cita?

"Perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya untuk mencari keridhaan Allah seperti sebuah kebun yang terletak di daratan tinggi yang disiram hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai..." (QS. Al-Baqarah [2] : 265)

Siapa yang menolak jadi jutawan atau milyader? Tentunya hampir semua orang pasti ingin memiliki harta yang berkecukupan. Seseorang dengan uang melimpah bisa membeli semua barang-barang yang diimpikannya. Mau baju bagus, ia bisa membelinya di toko terkenal. Ingin rumah mewah, ia juga bisa membelinya di kawasan elit. Berbagai kebutuhan maupun keinginan, bisa diwujudkan.

Salahkah bila kita mengharapkan itu semua? Berharap menjadi kaya?
Saudaraku, tidaklah salah jika seseorang bercita-cita menjadi kaya. Yang salah adalah jika ada yang menyatakan dan meyakini bahwa kekayaaan merupakan ukuran kemuliaan, dan kemiskinan adalah suatu kehinaan. Padahal, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian dari Allah untuk hamba-hambaNya.

Islam mengajarkan kita untuk menjadi orang kaya. Rasulullah adalah seorang kaya raya. Demikian juga para sahabat. Selain kaya, mereka berprestasi, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, meskipun kaya, tapi hidup mereka sederhana. Intinya, Rasulullah dan para sahabat tetap menjalankan kehidupan yang proporsional. Karena mereka tidak hanya mengejar kebahagiaan dunia, namun akhirat pun tetap menjadi tujuan hidupnya.

Ingatlah bahwa semua kekayaan yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Sebagai hambaNya, kita harus dapat memanfaatkannya. Pertama, kita mendapatkannya dengan cara yang halal. Kedua, membelanjakannya dengan cara yang halal juga. Ketiga, adanya harapan bahwa semua yang telah kita lakukan mendapat ridha dari Allah SWT, termasuk kekayaan yang dimiliki menjadi barakah. Yaitu kekayaan yang membuat pemiliknya merasa qana'ah (puas dan merasa cukup), memiliki batin yang tenang, dan membawa pemiliknya menjadi lebih nulia daripada kekayaan yang dimiliki.

Insya Allah, dengan begitu, kekayaan dapat digunakan untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat. Caranya, harta tersebut hendaknya dibelanjakan di jalan Allah melalui zakat, infak, dan shadaqah. Sebaliknya, bila kekayaan dibelanjakan hanya untuk kesenangan hawa nafsu semata, maka pemiliknya tidak akan merasa puas, tidak tenteram, dan yang lebih parah lagi, ia menjadi terhina karena kekayaan yang dimilikinya.

Oleh: K. H. Abdullah Gymnasiar
Sumber : Buletin Sakinah

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan