Aku seringkali mendengar atau membaca curhatan ibu - ibu menyusui yang mengeluhkan ASI-nya sedikit. Ada juga working mom yang harus pumping kejar tayang karena di kantornya nggak bisa pumping dengan leluasa, banyak kerjaan atau ketatnya aturan. Ada juga yang kurang atau bahkan tidak ada dukungan memberikan ASI dari lingkungan sekitar. Alhamdulillah saya nggak pernah mengalami kejadian tersebut. Sejak cuti aku sudah bikin jadwal pumping, tapi masih sering dilanggar karena banyak alasan, hehe. Pas cuti berakhir aku punya stok 190 botol ASIP @ 100ml.
Aku bersyukur atasan mendukung programku ng-ASI. Teman - teman pun pengertian meski awalnya memandang heran dan banyak bertanya, maklum "aksiku" ini termasuk hal baru buat mereka. Kantor memberiku waktu dan keleluasaan untuk pumping. Aku pumping tiap tiga jam sekali, meski kadang terpaksa harus skip salah satu jadwal karena ada kegiatan yang urgent dan nggak bisa ditinggalkan. Selama di kantor aku biasanya "memproduksi" 5-6 botol ASIP. Sedangkan Bintang selama ditinggal kerja, dari jam 7 sampai jam 5, biasa menghabiskan 4-6 botol ASIP. Kalau dikomparasi antara produksi dan kebutuhan alhamdulillah nggak defisit. Terlebih di rumah pun aku juga pumping 2-3 kali saat pagi dan malam. Jadi aku bisa nabung rata - rata 2-3 botol per hari.
Sekilas menyenangkan. Dapat dukungan, pumping lancar, stok aman. Eitssss... tapi jangan salah. Hal menyenangkan ini akhirnya membawaku pada suatu "masalah" yaitu penyimpanan. Aku memang menyiapkan kulkas dua pintu khusus untuk menyimpan ASIP. Freezer dipakai untuk membekukan, chiller dipakai untuk transit dan mencairkan. Berhubung tiap hari nabung, akhirnya si freezer pun penuh dan berujung overload. Freezer kulkas dapur dan kantor pun "dijajah". Namun akhirnya mereka juga bernasib sama, overload. And then, chiller pun dimanfaatkan dengan alasan ASIP bisa bertahan di sana selama 3-8 hari. Awalnya santai, tapi lama - lama panik juga karena deretan botolnya tambah banyak sementara expired date-nya menghantui.
Sampai pada suatu pagi, sehabis packing buat mudik, aku baru menyadari kalau ASIP yang di chiller sedang dalam bahaya karena sudah mendekam di sana selama tiga hari. Kalau tidak segera diminumkan atau dibekukan bakal basi. Padahal sebentar lagi aku mudik. Artinya stok tersebut nggak akan kesentuh sama sekali karena selama mudik Bintang bakal nyusu langsung ke aku. Trus gimana ini? Masak dibuang? Demi Allah aku nggak rela, nggak pernah rela, untuk melakukannya. Aku teringat perjuangan mengumpulkannya yang nggak mudah, tetes demi tetes hingga akhirnya luber kayak gini. Tiap tengah malam dan dini hari aku bangun buat pumping sambil terkantuk - kantuk. Setiap hari kalau ke kantor selalu bawa bag pack, macam anak SMA yang sekolahnya full day, biar bisa nampung pumping stuffs seperti cooler bag, ice pack, botol kaca, plastik ASIP dan breast pump. Dan itu nggak ringan sodara - sodara.
Dulu buang satu botol karena kecampuran darah aja aku nggak tega, nyuruh orang lain untuk melakukannya karena nggak kuasa menahan air mata saat inget perjuangannya. Lhah ini, ada 40 botol. Mana mungkin aku bisa mengikhlaskannya begitu saja? Membayangkan hal itu terjadi saja aku sudah nangis, gimana kalau beneran terjadi? Could never imagine. Mungkin aku bisa pingsan.
Melihatku menangis, Bintang jadi rewel. Ikut merasakan tampaknya. Dia sepertinya juga sedih kalau harus merelakan asupan nutrisi satu-satunya dibuang begitu saja. Lantas suami datang menghibur. Ia menawarkan untuk membeli freezer baru, kali ini yang deep freezer biar bisa nampung lebih banyak botol dan plastik ASIP. Aku bersyukur banget suami mendukung penuh program ngASI ini. Dia selalu ada saat aku berkeluh kesah, menyemangatiku, memijitku saat aku lelah, menyelimutiku dan mengolesiku lotion anti nyamuk saat aku ketiduran sehabis pumping, membantu mengganti celananya bintang waktu dia BAB atau BAK tengah malam.
Kami pun mulai browsing, survey toko dan harga. Ternyata pencarian yang namanya freezer ini nggak mudah. Nggak semua toko elektronik jual. Kalau ada yang jual, pilihan merek dan tipenya nggak banyak. Sepertinya sih berhubungan erat dengan permintaan pasar. Setelah ngumpulin info, kami sepakat untuk membeli freezer dengan mengesampingkan beberapa kebutuhan dan keinginan lain yang masih bisa ditunda. I thank to God karena kegawatan ini terjadi di bulan Ramadhan. Kenapa bisa begitu? Karena pada bulan ini THR keluar. Yang artinya kalau beli freezer baru, meski harus mengusik tabungan, namun nggak akan mengganggu cash flow buat urusan mudik dan lebaran.
Aku bersyukur atasan mendukung programku ng-ASI. Teman - teman pun pengertian meski awalnya memandang heran dan banyak bertanya, maklum "aksiku" ini termasuk hal baru buat mereka. Kantor memberiku waktu dan keleluasaan untuk pumping. Aku pumping tiap tiga jam sekali, meski kadang terpaksa harus skip salah satu jadwal karena ada kegiatan yang urgent dan nggak bisa ditinggalkan. Selama di kantor aku biasanya "memproduksi" 5-6 botol ASIP. Sedangkan Bintang selama ditinggal kerja, dari jam 7 sampai jam 5, biasa menghabiskan 4-6 botol ASIP. Kalau dikomparasi antara produksi dan kebutuhan alhamdulillah nggak defisit. Terlebih di rumah pun aku juga pumping 2-3 kali saat pagi dan malam. Jadi aku bisa nabung rata - rata 2-3 botol per hari.
Sekilas menyenangkan. Dapat dukungan, pumping lancar, stok aman. Eitssss... tapi jangan salah. Hal menyenangkan ini akhirnya membawaku pada suatu "masalah" yaitu penyimpanan. Aku memang menyiapkan kulkas dua pintu khusus untuk menyimpan ASIP. Freezer dipakai untuk membekukan, chiller dipakai untuk transit dan mencairkan. Berhubung tiap hari nabung, akhirnya si freezer pun penuh dan berujung overload. Freezer kulkas dapur dan kantor pun "dijajah". Namun akhirnya mereka juga bernasib sama, overload. And then, chiller pun dimanfaatkan dengan alasan ASIP bisa bertahan di sana selama 3-8 hari. Awalnya santai, tapi lama - lama panik juga karena deretan botolnya tambah banyak sementara expired date-nya menghantui.
Sampai pada suatu pagi, sehabis packing buat mudik, aku baru menyadari kalau ASIP yang di chiller sedang dalam bahaya karena sudah mendekam di sana selama tiga hari. Kalau tidak segera diminumkan atau dibekukan bakal basi. Padahal sebentar lagi aku mudik. Artinya stok tersebut nggak akan kesentuh sama sekali karena selama mudik Bintang bakal nyusu langsung ke aku. Trus gimana ini? Masak dibuang? Demi Allah aku nggak rela, nggak pernah rela, untuk melakukannya. Aku teringat perjuangan mengumpulkannya yang nggak mudah, tetes demi tetes hingga akhirnya luber kayak gini. Tiap tengah malam dan dini hari aku bangun buat pumping sambil terkantuk - kantuk. Setiap hari kalau ke kantor selalu bawa bag pack, macam anak SMA yang sekolahnya full day, biar bisa nampung pumping stuffs seperti cooler bag, ice pack, botol kaca, plastik ASIP dan breast pump. Dan itu nggak ringan sodara - sodara.
Dulu buang satu botol karena kecampuran darah aja aku nggak tega, nyuruh orang lain untuk melakukannya karena nggak kuasa menahan air mata saat inget perjuangannya. Lhah ini, ada 40 botol. Mana mungkin aku bisa mengikhlaskannya begitu saja? Membayangkan hal itu terjadi saja aku sudah nangis, gimana kalau beneran terjadi? Could never imagine. Mungkin aku bisa pingsan.
Melihatku menangis, Bintang jadi rewel. Ikut merasakan tampaknya. Dia sepertinya juga sedih kalau harus merelakan asupan nutrisi satu-satunya dibuang begitu saja. Lantas suami datang menghibur. Ia menawarkan untuk membeli freezer baru, kali ini yang deep freezer biar bisa nampung lebih banyak botol dan plastik ASIP. Aku bersyukur banget suami mendukung penuh program ngASI ini. Dia selalu ada saat aku berkeluh kesah, menyemangatiku, memijitku saat aku lelah, menyelimutiku dan mengolesiku lotion anti nyamuk saat aku ketiduran sehabis pumping, membantu mengganti celananya bintang waktu dia BAB atau BAK tengah malam.
Kami pun mulai browsing, survey toko dan harga. Ternyata pencarian yang namanya freezer ini nggak mudah. Nggak semua toko elektronik jual. Kalau ada yang jual, pilihan merek dan tipenya nggak banyak. Sepertinya sih berhubungan erat dengan permintaan pasar. Setelah ngumpulin info, kami sepakat untuk membeli freezer dengan mengesampingkan beberapa kebutuhan dan keinginan lain yang masih bisa ditunda. I thank to God karena kegawatan ini terjadi di bulan Ramadhan. Kenapa bisa begitu? Karena pada bulan ini THR keluar. Yang artinya kalau beli freezer baru, meski harus mengusik tabungan, namun nggak akan mengganggu cash flow buat urusan mudik dan lebaran.
Siangnya aku menelepon toko elektronik tersebut. Menanyakan stok. Ternyata barangnya nggak available di semua cabangnya. Cuma ada di cabang Margorejo, Malang dan Sidoarjo. Aku pun mulai sedikit bernnafas lega. Malamnya, sepulang dari les, aku dan suami langsung meluncur ke TKP. Setelah berkeliling kompleks pertokoan yang bukan jajahan kami, kami pun bertemu dengan yang nama the-most-wanted-and-urgent-thing-ever. Legaaa rasanya. Tapi ternyata cerita tidak berakhir dengan begitu mulus. Stok yang ada bukan yang empat rak, tapi yang lima rak. Harganya lebih mahal seratus lima puluh ribu. Hampir over budget. But it's okay, beli dah. Namanya juga butuh. Tapi ternyata tuh barang nggak bisa langsung dikirim karena load pengiriman sudah over. Bisanya H+2 lebaran. Huaa, langsung lemes lagi deh. Mengingat desakan kebutuhan. Butuhnya kan sekarang, sebelum mudik, biar stok aman.
Aku langsung telepon saudara buat nitipin ASI ke mereka. Mereka setuju. Rencana untuk menunda transaksi sampai habis lebaranpun terlintas di pikiran. Tapi mbak pramuniaga bilang "ini stoknya di gudang tinggal satu mbak". Panik lagi deh. Okey, sembari nunggu barang dikirim dan ASIP dititipin, aku harus segera mengambil keputusan. Dan keputusannya adalah transaksi sekarang, karena kalau tidak barangnya bisa hilang. Aku nggak mau episode panik ini bertambah panjang.
Pagi tadi sehabis subuh, aku menitipkan ASIP-ku ke tempat saudara. Well, sekarang aku sudah bisa bernafas lebih lega. Bisa mudik dengan tenang sambil berharap dan terus berdoa semoga nggak ada kejadian listrik padam yang bisa mengancam kelangsungan asupan nutrisinya Bintang. Amin...
Comments