Skip to main content

Balada ART

Seumur - umur aku belum pernah punya yang namanya ART. Dulu waktu kecil pas ditinggal kerja aku diurus sama nenek dan nanny yang kebetulan tetangga. Untuk urusan lain kayak masak, nyuci, seterika dan bersih - bersih ditangani sendiri secara gotong royong. Itu berlaku sampai aku sekarang. Cuma karena sekarang ortu tinggal berdua kerjaannya dibagi dua aja, hehe.

Pas ngekos aku benar - benar mandiri karena ngurus semua keperluanku sendiri. Aku ngekos hampir tujuh tahun lamanya. Setelah menikah aku handle urusan rumah tangga dibantu suami. Namun itu nggak lama, karena setelah aku dinyatakan positif hamil nenekku memutuskan untuk tinggal bersamaku. Jadilah ada yang bantuin aku, terutama untuk urusan masak memasak. Hehehe.

Namun menjelang kelahiran, aku dan suami sepakat untuk nyari ART buat ngurusin kerjaan rumah tangga dan momong Bintang tapi dengan pengawasan nenek. Dan ternyata nyari ART ini gampang - gampang susah. Ketemu sama dua orang yang menawarkan jasa tapi dia bisanya setengah hari. Sementara aku nyarinya yang full day dengan harapan biar mbah ada temennya sampai sore, kalau capek atau ada pelu bakal ada yang back up. Karena nyarinya susah, aku pun baru dapat setelah melahirkan.

Awalnya tak suruh masuk setengah hari, karena aku masih cuti plus "mengamati" bagaimana kinerjanya. Selama masuk setengah hari ini so far so good, makanya pas awal Juli aku suruh masuk full karena aku cutiku mau habis. Waktu masuk setengah hari kesibukan ART terpusat di pagi hari. Dia bersih - bersih, nyuci dan bantuin masak. Setelah jam sepuluh dia bisa mulai bersantai. Karena udah nggak ada kerjaan aku pun memberi kelonggaran untuknya nonton TV dan istirahat siang. Namun, lama - kelamaan kinerjanya mulai mengalami penurunan. Dia jadi nggak tanggap. Kalau aku atau mbah ngerjain sesuatu, dia diem aja kecuali kalau disuruh. Ada yang kotor dia diem aja sampai diingetin. Plus bersih - bersihnya terkesan asal - asalan. Kaca yang ngakunya dilap tiap hari pas dites pakai jari debunya banyak banget. Awalnya aku maklum, tapi lama - lama jadi risih juga. Aku pun menegurnya dan punya pikiran untuk memberhentikannya kalau sampai batas waktu tertentu dia nggak kembali ke performa awal.

Hal lain yang bikin aku nggak nyaman, dan mencetuskan ide untuk memberhentikannya, adalah hidupnya yang complicated. Dia sering berantem sama suaminya, ngaku sering dipukuli yang berujung dia izin nggak masuk. Repot juga kan kalau kayak gini, udah dijagain buat bantu - bantu eh malah nggak masuk. Mana berantemnya sering pula. Ngasih izinnya sih nggak masalah, cuma aku nggak sreg aja sama alasannya. Selain itu dia juga cerita kalau suaminya pemabuk dan suka mukul trus kakak iparnya ada yang maling, ada juga yang habis memperkosa. It's so scary for me. Nggak ngebayangin kalau tiba - tiba pas berantem suaminya dateng ke rumah trus ngamuk - ngamuk. Keamanan dan kenyamanan Bintang dan Mbah (juga aku dan suami) bisa terancam nih.

Niat memberhentikan semakin menjadi ketika suami protes soal kelakuan suaminya. Si mbak sering diantar jemput. Suaminya kalau jemput sukanya teriak - teriak manggil nama si mbak dari luar. Pernah juga mbleyer - mbleyer sampai Bintang kebangun dan rewel setelahnya. Aku pun memberitahu si mbak soal ini, dia minta maaf. Tapi beberapa hari kemudian tiba - tiba dia mengundurkan diri. Sempet bingung awalnya siapa yang bantuin mbah jagain Bintang, tapi sangat legaaaaa bisa keluar dari lingkaran hidupnya yang complicated itu.  Plus aku nggak usah cari - cari alasan untuk memberhentikannya.

Ini udah sebulan dia keluar, dan aku belum dapat gantinya. So far, alhamdulillah semua kekhawatiran tentang ketiadaan ART bisa teratasi meski sekarang kami harus kerja keras dari sebelumnya. Semoga kami  semua senantiasa diberikan kemudahan dan kesehatan oleh Allah

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk...

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut ...