Skip to main content

Madre


Kehamilan, kelahiran, kematian. Napak tilas sejarah dan asal - usul, menelusuri lorong waktu. Mencoba mengungkap jawaban atas imajinasi dan keyakinan pada reinkarnasi. Pertemuan nyata malah bisa mengobrak - abrik semua yang ada. Membuka tabir gelap yang bertahun - tahun membungkus rahasia. Menyuguhkan sekuel bahwa fakta yang sesungguhnya ada di depan mata, tak peduli suka ataupun tidak.

Aku tak mengerti. Sungguh. Aku menutup mata ngeri, berharap semua ini cuma mimpi sesaat yang akan segera pergi. Aku menyerah, terpaksa membiarkan semua terjadi. Dengan seribu pertanyaan tentang Tuhan dan cinta berpendar di kepala. Aku berharap segera menemukan jawabannya. Tapi ternyata tak semudah yang kukira. Keduanya malas jika hanya diungkap kata, keduanya hanya mau dirasa. 

Kira - kira seperti itulah resensinku terhadap buku yang berisi kumpulan cerita pendek dan puisi tersebut. Ceritanya tiap sekuelnya singkat, cocok buat Anda yang malas membaca buku tebal dengan cerita yang panjang. Meskipun begitu, jangan khawatir, banyak pelajaran dan renungan yang bisa Anda dapatkan di dalamnya. Aku pribadi menemukan beberapa bulir kata yang menggoda untuk dipetik dari buku ketujuh Dewi Lestari tersebut, diantaranya adalah:
  • Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk proses yang tak selalu mudah, tetapi selalu indah. Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi. (Cinta Amniotik)
  • Cinta dan sahabat. Sahabat dan cinta. Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana. Sisanya fana. (Ingatan Tentang Kalian)
  • Itulah cinta. Itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan jawaban. (Semangkok Acar Untuk Cinta dan Tuhan)
  • Saat engkau mencair menjadi aku dan aku hidup oleh sentuhanmu. Bersua tanpa samaran apa - apa. Saat semua cuma cinta. Cinta semua saat. Dan bukan lagi saat demi saat. (Wajah Telaga)
  • Sesama perempuan dengan mudah obrolan menjadi pencahar rahasia dan gelisahku. Tapi dengan laki - laki. Dia menelanjangiku tanpa penawar rasa malu. Dan kendati aku ingin menempel padanya seperti benali, mengisap balik rahasia dan gelisahnya, satu kali pun belum pernah aku menuai sesuatu. (Guruji)
  • Kadang - kadang kamu harus terjun dan jadi basah untuk tahu air. Bukan cuma nonton di pinggir dan berharap kecipratan. (Layang - Layang)

Meskipun aku tidak mempunyai semua buku - buknya Dee, tapi aku sudah membaca semua karyanya. Dan buku ini sayang untuk tidak dibaca. Happy reading!

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan