Dua hari ini aku lagi rajin nyari - nyari info kelas hypnobirthing. Tujuannya adalah untuk mewujudkan mimpiku melahirkan secara gentle. Pengen banget nanti bisa mengatur nafas sampai bayi lahir tanpa harus mengejan heboh, biar syaraf - syaraf mata tetap aman. Selain itu, aku mulai menyadari bahwa sesungguhnya melahirkan dan menyusui memegang peranan penting dalam kehidupan seorang manusia. *tsaahhh
Di kelahiran Bintang kemarin, aku sangat - sangat bersyukur bahwa prosesnya berjalan lancar dan cepat, tanpa merasa ada nyeri atau sakit yang hebat. Dengan tiga kali mengejan Bintang sudah terlahir ke dunia dengan selamat. Kelahiran plasenta pun juga cepat, karena dibantu pijakan kaki Bintang ketika proses IMD berjalan. Aku melahirkan didampingi suami, dengan bantuan dokter dan beberapa tenaga medis. Bisa request suhu AC dibuat 16, memutar musik dan lantunan ayat suci Al-Quran. Belum bisa 100% gentle birth, tapi setidaknya proses persalinannya di-setting semaksimal mungkin sesuai kemauanku. Kecuali jahitan yang mau tidak mau aku terima karena perineumku sobek. Yaiyalah orang aku belajar pijet perineumnya sambil males - malesan, nggak serajin ngelakuin prenatal yoga. *toyorkepalasendiri.
Aku juga bersyukur bahwasanya, meskipun minus mataku lumayan banyak, aku bisa melahirkan normal dan setelahnya mataku baik - baik saja. Tidak seperti yang dikatakan orang - orang, mata minus = operasi sesar.
Sampai hari Senin kemarin aku kaget ketika ke dokter mata dan mendapati mata kiriku minusnya naik dua. Kenaikan yang cukup signifikan. Kalau mata kananku sih kenaikannya dikit, "cuma" setengah saja. Aku menanyakan kepada dokter yang memeriksaku, dia mengatakan kenaikan minus pasca melahirkan merupakan hal yang wajar karena pada saat melahirkan otot - otot mata bekerja keras. Akupun menanyakan kemungkinanku untuk kembali melahirkan normal. Dia bilang sangat mungkin dengan syarat sebelum kelahiran mata harus diperiksa untuk mengetahui kekuatannya. Ah, aku jadi sedikit bernafas lega.
Aku meminta dokter untuk memeriksa kekuatan mataku, hasilnya syaraf retina dan tegangan bola mata dalam kondisi bagus. Again, aku bernafas lega. Harapan itu masih ada. Alhamdulillah obgyn-ku terdahulu nggak langsung men-judge aku harus operasi sesar ketika tahu minusku lima. Aku masih ingat kata - katanya yang kurang lebih seperti ini "Di kehidupan sehari - hari kita juga ngejan kok, contohnya pada saat BAB. Nah, pada saat itu syaraf - syaraf mata kontraksi. Begitu pun pada saat melahirkan, prinsipnya sama. Tapi kalau melahirkan, intensitas dan kekuatan mengejan lebih besar. Saran saya sih periksa ke dokter mata untuk melihat kekuatan syaraf - syarafnya. Kalau hasilnya bagus, ya ayok lahiran normal". Ah, senang rasanya kalau ketemu sama dokter - dokter yang supportive seperti mereka. Intervensi medis diberikan hanya ketika diperlukan.
Belajar dari sini, keinginanku untuk mengikuti kelas hypnobirthing semakin besar. Memang tidak sekarang, nanti kalau sudah hamil lagi, dua atau tiga tahun lagi. Sekarang konsen dulu pada misi memberi ASI pada Bintang hingga masa penyapihan tiba. Sambil nabung juga tentunya. Kalau aku hitung, tidak akan memberatkan secara keuangan karena untuk kelahiran kedua nanti keperluan belanja peralatan managemen ASIP sudah berkurang banyak. Aku sudah punya freezer, ratusan botol kaca dan breast pump.
Aku menyadari bahwa aku termasuk orang awam, ilmuku masih sedikit. That's why aku harus terus belajar. Pengalamanku saat melahirkan dan menyusui Bintang mengajarkanku bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini, asal kita mau belajar dan memperjuangkan. Jangan ngeyel pada satu hal kalau kita tidak punya bekal. Itu sama saja dengan perang dengan tangan kosong. Bukannya menang, malah bisa kalah konyol.
Satu lagi, aku juga pengen ikutan pelatihan konselor menyusui untuk melengkapi pengetahuanku di bidang laktasi. Pengen bisa mengulang "kesuksesan" menyusui yang sekarang di masa yang akan datang. Pengen bisa berbagi ilmu kepada orang lain juga. Supaya kalau diajak debat soal ASI, bargaining power-ku naik. Soalnya kalau aku bilang kata dokter atau konselor, orang suka nggak percaya. *curhat* hahaha.
Comments