Dari dulu mau cerita tentang kelahiran Bintang, belum sempat mulu. Nah, mumpung sekarang belum ada ide buat nge-post di blog, jadilah postingan ini aku selesaikan :)
Senin, 30 April 2012
Senin, 30 April 2012
Periksa ke dokter, air ketuban cukup, plasenta di atas, kepala bayi sudah di atas tapi belum masuk panggul.
Kamis, 3 Mei 2012
Gerakan baby nggak seheboh biasanya.
Jumat, 4 Mei 2012
Merasakan ada kontraksi, menghitung frekuensinya masih setiap sepuluh menit sekali, itupun selanjutnya menghilang sendiri. Karenanya aku pun memutuskan untuk tidur dan menganggap itu kontraksi palsu.
Sabtu, 5 Mei 2012
Jam 04.30
Merasakan tendangan baby, biasanya jam segini baby minta main sama ayahnya. Namun berhubung sang ayah malamnya lembur, masih susah dibangunin. Dan seperti biasa si baby bikin perut kaku.
Jam 05.30
Berniat jalan - jalan pagi, tapi perut ini semakin kaku saja, pinggang dan kaki ikut pegel sehingga tak nyaman dibuat jalan.
Jam 06.00
Mulai menyadari kalau terjadi kontraksi yang rutin. Tapi tetap berusaha rileks sambil menghitung frekuensi kontraksi, ternyata kontraksinya tiap lima menit sekali.
Jam 07.30
Telepon dokter, orangnya masih di mandi. Ya sudah, sambil nunggu aku menyempatkan diri untuk sarapan pagi dan mandi. Sementara suami menyiapkan tas dan baju. Kami berdua jujur nggak yakin bayinya bakal lahir hari ini, tapi jaga - jaga aja siapa tahu udah mulai bukaan dan harus stay di sana.
07.50
Nyambung dengan dokter, menceritakan smua yang aku alami. Dokter menyarankan aku untuk segera ke RS untuk diperiksa, kami janjian ketemu di RS. Suami berganti paka
ian, aku nelepon taksi.
08.15
Kebelet pipis, pas ke kamar mandi, malah nggak bisa keluar. Taxi datang. Sementara kontraksi semakin menjadi. Supirnya nyetirnya pelan banget, aku suruh cepetan karena aku sudah nggak sabar, penasaran untuk segera dicek biar tahu aku ini sebenarnya kenapa. Di dalam taksi aju udah molak - malik nggak karuan, karena mau duduk di posisi apapun sudah tidak nyaman. Sepanjang perjalanan aku minta terus dipijiti punggung.
08.30
Sampai RS, bilang ke respsionis kalau aku sudah kontraksi tiap lima menit sekali. Resepsionisnya lalu mengambilkan aku kursi roda untuk naik ke lantai dua di mana ruang bersalin berada. Sebelum kursi roda datang aku kebelet pipis lagi, pas ke toilet ada orangnya. Pas balik badan, kontaksi makin menjadi, punggung seakan ditarik dan kaki lemas. Refleks aku memeluk suami erat - erat.
Sesampainya di ruang bersalin, aku disuruh naik ke tempat tidur oleh perawat. Tapi aku bilang aku pengen pipis dulu. Alhamdulillah kali ini bisa beneran pipis. Lega rasanya. Tapi tak lama kemudian berganti menjadi harap - harap cemas setelah melihat ada noda darah di celana dalam. "Sudah bukaan ta ini? Semoga lancar ya Allah", ucapku dalam hati. Begitu keluar kamar mandi aku langsung bilang ke suami "ada flek darah yang, mungkin sudah bukaan". Suami langsung memegang perut lantas berkata "tenang ya sayang, bantu Bunda. Kalian yang kuat ya. Insyaallah lancar".
08.40
Aku naik ke tempat tidur ditensi dan direkam detak jantung bayinya. Kegiatan merekam jantung ini menjadi kegiatan yang mendebarkan dan sedikit menyiksa karena aku harus menjaga agar tubuh tetap terlentang padahal desakan tubuh saat kontraksi adalah ngulet ke sana kemari. Sambil direkam, aku ndengerin musik dan muratal Al Quran sambil wiridan semampuku. Setelah direkam, aku pun diperiksa oleh bidan yang lain. "Bukaan delapan", katanya. Aku dan suami langsung saling pandang, rasanya campur aduk. Nggak nyangka udah membuka sejauh ini.
09.15.
Pyok, aku merasakan dilempar plastik berisi air yang kemudian pecah di tubuhku. "Mbak, apa ini?" tanyaku pada perawat di sampingku. Ternyata ini adalah ketuban yang pecah.
09.20
Dokter datang, aku kembali diperiksa dan dinyatakan lengkap. Semua peralatan segera disiapkan. Suami tak henti membisikkan doa dan kata - kata yang menenangkan. Perjuangan bernama melahirkanpun dimulai. Aku diajari mengejan, sempat salah karena aku teriak, seharusnya adalah merapatkan gigi. Di situasi seperti ini seringkali teori yang sudah dipelajari jadi hilang entah kemana. Ketika diberi aba-aba untuk mengejan, aku mengerahkan semua tenaga yang ada, maklum dorongan dari dalam tubuh untuk mengejan sudah sangat kuatnya.
09:45
Setelah mengejan tiga kali akhirnya di jam ini lahirlah seorang bayi yang sudah menghuni perutku selama hampir 38 minggu. It's such an amazing and blissful moment pas sadar kalau ternyata aku sudah melalui proses kelahiran ini. Sumpah aku nggak berhenti bersyukur diberi kemudahan yang membuat aku merasa semua itu layaknya mimpi saking cepetnya.
Setelah Bintang dibersihkan (cuma dilap), proses IMD pun dimulai. Bintang diletakkan di dadaku, selanjutnya dia dibiarkan mencari puting ibu sebagai sumber kehidupannya. Bintang mulai merayap, kakinya nendang-nendang perut (ini sangat bermanfaat buat membantu proses kelahiran plasenta dan mencegah pendarahan) dan menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Kira - kira di tengah "perjalanan" dia mulai capek, makanya sempet berhenti dulu untuk sementara waktu. Setelahnya proses pencarian itu pun dilanjutkan lagi. Sebelum akhirnya menemukan putingku, dia ngeces dulu (mengeluarkan air liur). Selama Bintang IMD, aku dijahit cuma nggak kerasa sama sekali saking asyiknya main sama Bintang, hehehe.
Pas Bintang akhirnya berhasil nemu puting, i was amazed much, wonder how smart baby is to find it. Bintang pertama kali nyusu ke payudara kiri, setelah puas pindah ke payudara kiri. Proses IMD ini sendiri hampir dua jam karena aku mau proses ini baru dihentikan ketika Bintang sudah tertidur yang artinya dia sudah kenyang dan puas menyusu,dan emaknya mulai kelaparan :)
Ketika Bintang IMD, aku lagi dijahit, tapi jadi nggak kerasa karena udah konsen sama Bintang. :)
12:00
Bintang sudah selesai IMD, dia dibawa perawat untuk dimandikan, ditimbang dan diukur panjang dan berat badannya. Setelahnya aku pindah ke ruang perawatan, rooming in bersama Bintang.
Bintang lahir on the weekend, seperti yang aku sugestikan. Alasanku mensugestikan itu adalah supaya ayahnya bisa menemani proses persalinan dari awal sampai akhir, dan punya waktu untuk menikmati momen pertama di kehidupannya. Aku bersyukur bahwasanya aku, dengan minus mataku yang lumayan tinggi, bisa melahirkan normal dan lancar. It's all because I have been blessing.
09:45
Setelah mengejan tiga kali akhirnya di jam ini lahirlah seorang bayi yang sudah menghuni perutku selama hampir 38 minggu. It's such an amazing and blissful moment pas sadar kalau ternyata aku sudah melalui proses kelahiran ini. Sumpah aku nggak berhenti bersyukur diberi kemudahan yang membuat aku merasa semua itu layaknya mimpi saking cepetnya.
Setelah Bintang dibersihkan (cuma dilap), proses IMD pun dimulai. Bintang diletakkan di dadaku, selanjutnya dia dibiarkan mencari puting ibu sebagai sumber kehidupannya. Bintang mulai merayap, kakinya nendang-nendang perut (ini sangat bermanfaat buat membantu proses kelahiran plasenta dan mencegah pendarahan) dan menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Kira - kira di tengah "perjalanan" dia mulai capek, makanya sempet berhenti dulu untuk sementara waktu. Setelahnya proses pencarian itu pun dilanjutkan lagi. Sebelum akhirnya menemukan putingku, dia ngeces dulu (mengeluarkan air liur). Selama Bintang IMD, aku dijahit cuma nggak kerasa sama sekali saking asyiknya main sama Bintang, hehehe.
Pas Bintang akhirnya berhasil nemu puting, i was amazed much, wonder how smart baby is to find it. Bintang pertama kali nyusu ke payudara kiri, setelah puas pindah ke payudara kiri. Proses IMD ini sendiri hampir dua jam karena aku mau proses ini baru dihentikan ketika Bintang sudah tertidur yang artinya dia sudah kenyang dan puas menyusu,
Ketika Bintang IMD, aku lagi dijahit, tapi jadi nggak kerasa karena udah konsen sama Bintang. :)
12:00
Bintang sudah selesai IMD, dia dibawa perawat untuk dimandikan, ditimbang dan diukur panjang dan berat badannya. Setelahnya aku pindah ke ruang perawatan, rooming in bersama Bintang.
Bintang lahir on the weekend, seperti yang aku sugestikan. Alasanku mensugestikan itu adalah supaya ayahnya bisa menemani proses persalinan dari awal sampai akhir, dan punya waktu untuk menikmati momen pertama di kehidupannya. Aku bersyukur bahwasanya aku, dengan minus mataku yang lumayan tinggi, bisa melahirkan normal dan lancar. It's all because I have been blessing.
Comments