Pagi ini Bintang bangun kesiangan, dia baru bangun setengah tujuh. Saat itu aku sedang makan. Ritualnya setiap bangun tidur adalah pipis dan nenen. Kejadian dia bangun siang bukan sekali ini, tapi Alhamdulillah dia bisa bersabar ketika aku bilang "Tunggu dulu ya Mas, Bunda habisin makan Bunda dulu, habis itu nenenin Mas". Setelah makan, aku langsung ambil posisi, dia merangkak cepat ke arahku, lalu hap!! Dia pun asyik nenen. Dia nenen sambil meremas - remas tanganku, dari genggamannya yang aku tahu dia sedang haus. Tanganku yang lain membelai kepalanya, dan dia sesekali melempar senyum kepadaku. Ahhh, it's like heaven, really.
Bintang nenennya lama, aku melirik jarum jam yang terus mendekati angka tujuh. Itu artinya aku harus segera bersiap untuk ke kantor. Aku bilang ke Bintang "Mas, nenennya udahan dulu ya, Bunda mau siap - siap ke kantor nih". Dia mengangguk, tapi masih belum melepaskannya. Aku mengulanginya sekali lagi, dia melepasnya. Aku segera menutup bra, Bintang masih membuka mulutnya dan menarik bajuku, memberi tanda bahwa dia masih pengen minum. Aku bilang padanya "Nanti ya Mas, sore setelah Bunda pulang kantor Mas nenen lagi sepuasnya. Sekarang Bunda mau ke kantor dulu. Tuh Bunda udah nyiapin es susu (ASIP) di kulkas buat Mas". Bintang langsung melepaskan bajuku, dan melipir ke arah mainannya.
Aku segera beranjak untuk ganti baju, tanpa disadari ada bening menyembul di kelopak mataku. Aku bangga dan bahagia Bintang mulai ngerti kalau diajak ngobrol. Mau diajak kompromi dalam banyak hal. Namun di sisi lain aku sedih memintanya berhenti nenen, aku merasa merampas haknya. Beginikah rasanya perjalanan menyapih? Enggak berniat nyapih sekarang sih, tapi membayangkan saja aku udah sedih duluan. Huhuhu. Makanya berniat untuk membiarkan Bintang memutuskan kapan dia mau berhenti nenen.
Comments