Skip to main content

Jalan Surga

"Fitri..."

"Ya mas", jawabku sambil mengambilkan nasi untuk mas Ahmad, suamiku.

"Aku ingin menikah lagi"

Aku terdiam, menghentikan penyajian makan untuknya. Aku menatapnya lekat.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?"

"Aku tidak setuju"

"Kenapa?"

"Aku kan sudah bilang dari awal kita menikah, aku tidak mau dipoligami, kita sudah bikin perjanjian pra nikah, dan mas sudah menyetujuinya. Kenapa kini berubah?"

"Fitri... kamu harus tahu, bahwasanya poligami tidak dilarang dalam Islam. Aku yakin kamu paham soal ini, kamu kan sudah belajar agama lama di pondok"

"Aku tahu, aku nggak melarang siapapun untuk poligami, itu hak pribadi"

"Lha terus, kenapa kamu melarang aku untuk menikah lagi?"

"Karena mas suamiku, mas sudah menyanggupi untuk tidak poligami ketika akan menikahiku"

"Tapi itu kan dulu, sekarang beda Fit.."

"Jadi ceritanya mas mau ingkar janji?"

"Dengarkan dulu.. Aku tidak mau ingkar janji, makanya aku bilang dulu sama kamu"

"Maksud mas, mas berharap aku mau merubah perjanjian itu?"

Mas Ahmad mengangguk.

"Nggak akan mas, aku nggak akan merubah perjanjian itu. Karena bagaimanapun itu menyangkut prinsip. Sampai kapanpun aku tidak akan merubahnya"

"Kalau begitu, kamu mendukung perzinaan?"

"Aku nggak pernah ngomong seperti itu mas"

"Lha kamu melarang suamimu nikah lagi, itu artinya kamu mendukung perzinaan kan?"

"Jadi, mas nikah lagi hanya untuk pemuasan nafsu biologis?"

"Tidak hanya itu Fit..."

"Tidak hanya itu, berarti itu tetap bisa dimasukkan sebagai alasan kan mas? Aku mau tanya jujur, apa mas tidak puas dengan pelayananku selama ini?"

"Puas Fit...", ada yang menggantung dari kalimat mas Ahmad.

"Lantas kenapa mas?"

"Aku jatuh cinta lagi Fit, aku manusia biasa yang lemah dalam hal menahan hasrat. Aku takut terjerumus Fit, makanya aku ingin menikah lagi. Dia perempuan baik - baik kok Fit, dia...."
"Dengan siapa mas akan menikah lagi itu bukan hal yang paling penting buat aku, yang lebih penting adalah alasan kenapa mas mau menikah lagi"

"Alasannya ya itu tadi Fit... As simple as that"

"Maaf mas, aku nggak bisa mengijinkan mas menikah lagi. Kalau mas memang lebih tergoda pada perempuan itu, silahkan mas pilih, aku atau dia. Simple kan?"

"Aku nggak bisa milih Fit, aku sama - sama cinta sama kalian"

"Nggak ada cinta yang porsinya sama mas kalau terjadi pada saat yang sama"

"Fit.. tolonglah, jangan keras seperti itu. Kamu tahu kan kalau mengijinkan suami poligami itu adalah salah satu jalan meraih surga?"

"Ya aku tahu, tapi aku akan memilih jalan lain untuk menggapai surgaku, dan itu bukan dengan poligami mas"

"Maksudmu apa Fit?"

"Ceraikan aku dulu, baru setelah itu silahkan mas menikah. Aku akan meraih surgaku dengan cara yang lain mas. Maaf keputusanku sudah bulat".

*****
Meskipun aku lahir dan dibesarkan di lingkungan pondok pesantren dan lama belajar agama, aku punya pandangan tersendiri terhadap poligami. Aku tidak melarang siapapun untuk berpoligami, itu hak pribadi mereka. Selama istri sebelumnya setuju, just go ahead, tapi aku tidak pernah mau dipoligami. Pemikiran ini muncul sejak aku merasakan bagaimana hidup dalam keluarga yang berpoligami. Bagaimana aku seringkali dipaksa merelakan waktu yang ayah punya untuk anak - anak dan istrinya yang lain meski saat itu aku dan ibu membutuhkannya. Bagaimana aku melihat ayah bisa dengan semena - mena mempertemukan kelaminnya dengan kelamin istri - istrinya yang lain sesukanya demi memuaskan hasratnya. Tanpa pernah bertanya bagaimana perasaan istri - istri yang lain, terutama ibu sebagai istri tertua. Dulu, ibu sebenarnya tak mengijinkan ayah menikah lagi, tapi ayah tetap melenggang dengan kemauannya. Tak bisa menikah resmi di KUA karena tak punya surat izin tertulis dari ibu, ayahpun nikah di bawah tangan, nikah secara agama tanpa pengakuan negara. 

Hari ini, bertepatan dengan ulang tahun ketujuh pernikahan kami, keputusan hakim tentang percerainku dengan mas Ahmad resmi keluar. So sad but true, but this is the fact that I should face. Jujur, ada sedih dan sakit yang menyayat hati, tapi aku sudah tidak bisa menangis lagi. Aku tahu, Allah sangat membeci perceraian. Tapi aku yakin Allah tidak akan pernah membenciku sebagai hambanya selama aku beribadah dengan sebaik - baiknya. Ya Allah, maafkan aku yang lemah ini. Aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku tidak bisa menahan sakit hati karena dimadu. Aku takut aku terjerumus dalam kejahatan pada suamiku dan istri mudanya.

Aku tahu keluarga besarku akan marah dengan keputusanku ini, tapi bukankah ini kehidupanku pribadi dimana aku mempunyai hak prerogatif atasnya. Termasuk berpegang teguh ada pendirianku, menggapai surga dengan menggunakan berbagai cara lain, dan itu bukan poligami. Wallahualam

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan