Skip to main content

Cerita Lebaran "Di Negeri Orang"


Ada yang beda dari lebaran tahun ini. Pertama, ini adalah lebaran pertama setelah aku menyandang status sebagai seorang istri, alias lebaran pertama setelah menikah. Kedua, ini adalah lebaran pertamaku di "negeri orang". Tahun ini aku melewatkan takbiran dan lebaran hari pertama di Ngawi, di rumah suami. Aku menyebutnya demikian, karena Ngawi bukan kampung halamanku, dan bukan daerah tempat tinggalku :)

Lebaran di tempat yang berbeda tentu saja menyisakan banyak cerita. Aku akan berbagi cerita untuk Anda :)

1. Lontong dan Opor Ayam
Di rumah suami, pas lebaran pertama menu wajibnya adalah ketupat (yang kemarin diganti lontong sama ibu), opor ayam, lodeh manisa dan sambal goreng kentang. Berhubung aku nggak suka opor ayam, dengan alasan ayam masih berwarna kuning sama dengan ayam yang belum matang, jadilah ayam yang di dalam opor aku tiriskan dan aku goreng. Kalau makan, taburan ayam gorengnya disiram sama kuah opornya, hehehe. 

Biasanya, kalau lebaran di rumah, menu wajibnya adalah nasi kuning komplit dengan taburan serundeng, kacang tanah atau kedelai goreng, kering tempe, teri dan kerupuk udang.

2. Takbir Keliling Yang Bikin Macet Total
Rumah Madiun deket banget sama masjid, nggak sampe lima puluh meter. Jadi menu takbirannya adalah takbiran dari masjid tsb. Nah kalau di Ngawi masjid - masjid di kompleks cenderung sepi di separuh malam pertama karena masyarakat pada takbir keliling. Takbir keliling ini diadakan oleh pemda setempat, dan dilombakan. Pesertanya adalah instansi pendidikan (tingkat SD, SMP dan SMA), instansi pemerintahan dan masyarakat umum. Jadilah beberapa ruas jalan ditutup karena menjadi rute takbir keliling. Plus menjadi macet karena di pinggir jalan dipenuhi oleh masyarakat sekitar yang ingin nonton. Sampai - sampai kendaraan lain yang mau lewat nggak bisa. Rasa - rasanya nih, semua penduduk dari berbagai pelosok Ngawi tumpah ruah di jalanan deh. :))

3. Sholat Ied di Alun - alun
Ini pengalaman pertamaku sholat di alun - alun. Biasanya sholat Ied di masjid deket rumah. Berhubung deket tinggal jalan, no more than 5 minutes. Kalau kemarin harus naek kendaraan dulu dan berangkatnya lebih pagi. Enak sih sholat di tempat terbuka, nggak gerah dan ramai. Jadi kesannya meriah. Tapi nggak enaknya, shaf (barisan) sholatnya nggak rapi, karena jamaahnya banyak jadi susah diatur dan tempatnya nggak rata, jadi ingat zaman kemah gitu deh.

Tiga hal di atas, jadi pengalaman pertamaku. Hal lain yang berbeda adalah nggak ada tradisi kenduri Idul Fitri di masjid, nggak ada ziarah kubur berjamaah dan nggak ada hala bihalal di jalan kampung. Buat silaturahmi harus mendatangi rumah tetangga satu - satu. Lebaran tahun depan, insyallah ganti di Madiun. Tunggu cerita dari tradisi yang berbeda ya..

Anyway, Ratna dan keluarga mengucapkan:

Selamat Idul Fitri 1432 H. 
Mohon maaf lahir batin. 
Semoga semua amal ibadah kita ketika Ramadhan kemarin, diterima oleh Allah SWT. 
Dan kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.
Amin...

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan