(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing - masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Tapi aku tidak melihat kurangnya jaminan pemerintah terhadap kebebasan untuk beragama dan beribadah. Bahkan pemerintah terkesan "cuek" terhadap adanya penyerangan terhadap kelompok yang dianggap sesat. Terlebih lagi, ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) memfatwa satu (atau beberapa) kelompok atau pergerakan sebagai aliran sesat, penyerangan makin menjadi. Kalau sudah seperti ini, nampaknya yang lebih menonjol adalah kebebasan untuk melakukan penyerangan, dan bukan kebebasan beragama dan beribadah. :(
Agama memang sesuatu yang sensitif. That's why kita harus berhati - hati dalam melakukan kajian di dalamnya. Terlebih agama merupakan sesuatu yang multitafsir. Suatu ajaran bisa ditafsirkan bermacam - macam. Dalam Islam misalnya, selain bersumber dari kitab suci Al Quran, ada juga hadist sebagai penunjang. Tapi hadist sendiri punya bantak perawi (pengumpul), yang berakibat pada banyaknya penafsiran. Lebih lanjut, penerapan suatu ajaran sangat dimungkinkan untuk menjadi berbeda - beda pada setiap orang, karena didasarkan pada keyakinannya masing - masing. Perbedaan inilah yang menjadi dasar munculnya banyak aliran atau golongan dalam satu agama.
Memang sih, sepanjang pengamatanku ada aliran yang bisa dengan jahatnya aku anggap menyimpang alias sesat. Ajaran atau paham yang mereka anut menyimpang jauh dari doktrin utama. Aku ambil contoh dalam Islam. (Aku mengambil contoh agama yang aku anut karena aku punya pengetahuan tentangnya, meski tidak banyak). Penyimpangan paling ekstrim yang pernah terjadi adalah ada orang yang menganggap dirinya Tuhan, mengklaim kitab suci lain sebagai kitab suci, sholat tidak wajib. Hal ini secara langsung bertentangan dengan ajaran yang ada, yang tertulis dalam Al Quran yang misalnya menyebutkan "Tidak ada Tuhan selain Allah".
Kasus - kasus penyimpangan seperti ini aku yakin bukan baru terjadi sekarang, tapi sudah ada sejak dahulu ketika para nabi masih hidup. Aku pernah baca, pada zaman satu nabi (aku lupa tepatnya nabi siapa) ada juga yang mengaku dirinya sebagai nabi. Tapi nabi pada saat itu nggak melakukan yang namanya penyerangan tuh. Makanya, agak mengherankan lho kalau mengaku beragama yang sama tapi nggak melakukan yang diajarkan nabinya. Aku yakin banget, nggak ada agama manapun yang menganjurkan kekerasan, do they?
Kalau toh, suatu aliran dianggap sesat, itu TIDAK DIBENARKAN dijadikan alasan untuk melakukan penyerangan. Apa iya, nggak ada cara lain untuk mengatasi atau "membasmi" aliran "sesat" selain dengan cara kekerasan? Betapa nggak manusiawinya kalau sampai menghabisi nyawa orang lain, yang belum tentu ngerti duduk perkaranya. Prihatin banget rasanya ngelihat balita dan lansia ikut menjadi korban.
Kalau mau dibilang cuek, ngapain sih pusing - pusing meributkan agama dan ibadahnya orang? Padahal belum tentu kita sudah masuk dalam kategori beribadah dengan baik dan benar. Kenapa juga nggak konsen sama ibadahnya sendiri saja? As long as nggak mengganggu kita secara langsung, ngapain ribut. Nggak usah deh nyenggol tanaman orang kalau nggak mau tanaman kita disenggol.
Ada pepatah Jawa yang bisa dijadikan renungan dalam masalah ini, "uwong pinter kerja nggawe akal, wong bodo kerja nggawe okol" (Orang pintar bekerja memakai otak, orang bodoh bekerja dengan otot). Termasuk yang manakah Anda? Pilihannya ada di tangan Anda sendiri :)
Comments