Skip to main content

Ada Apa Dengan Media??


Itulah pertanyaan yang sekarang ada di kepalaku. Rasa - rasanya, dari pengamatanku, pemberitaan media akhir - akhir ini lebih mengarah kepada hiperbola dan gosip dibandingkan mengungkap fakta. Kematian Adjie Massaid misalnya. Sudah jelas - jelas pihak dokter tempat almarhum dirawat sebelum meninggal menyatakan bahwa Adjie meninggal karena serangan jantung. Keterangan resmi dari pihak rumah sakit bisa di klik di sini.  Eh, malah yang muncul sekarang adalah isu bahwa almarhum meninggal karena diracun. Isu ini muncul terkait dengan kiprah barunya di dunia persebakbolaan tanah air sebagai manager timnas U-23. Hmm, kayaknya teman - teman media cuma cari - cari berita deh, biar "setoran wajib" mereka terpenuhi. Kalau ujung - ujungnya kayak gini, berita dan infotainment semakin tak ada bedanya.

Sudahlah, orang sudah mati masa mau terus - menerus dipermasalahkan dengan masalah yang diada - adakan. Kasian juga sama keluarganya. Pasti jadi ikut resah terkena dampaknya, diuber - uber buat memberikan pernyataan atau sekedar tanggapan. Jujur aku sendiri nggak tahu duduk perkara sebenarnya, tapi aku nggak suka sama spekulasi apalagi yang negatif dan tak berkesudahan.

Satu lagi, aku juga sebal sama oknum wartawan yang nggak punya etika saat meliput suasana duka macam ini. Dari pengamatanku, ada beberapa hal yang bikin aku gemas dan rasanya pengen nimpuk sandal sama tuh oknum. Ini dia contohnya:
  1. Begitu Menpora Andi Malarangen keluar dari rumah duka ada oknum wartawan yang bertanya "Pak, siapa yang akan menggantikan Mas Adjie sebagai manager timnas U-23??". Oh pleaseeeeee... Logikanya di mana coba?? Matinya baru semalam, belum dua puluh empat jam. Menterinya lho baru dapat kabar.  Ditambah ini pas weekend. Untungnya Andi juga merasa gemas "Aduh mas, belum tahu. Belum dirapatkan. Orang saya aja masih nggak kaget sama kabar mas Adjie meninggal", tutur Andi sambil meninggalkan kerumunan wartawan dengan masuk ke mobilnya. 
  2. Media "heboh" soal hak asuh kedua anak almarhum Adjie Massaid dari pernikahan terdahulu dengan Reza Artemevia yang saat ini tinggal bersama istri almarhum, Angelina Sondakh. Bahkan salah satu infotainment narasinya kurang lebih seperti ini: "Namun, kini kematian Adjie meninggalkan satu tanda taya besar di masyarakat tentang bagaimana nasib anak - anaknya dari pernikahannya dengan Reza". Masyarakat?? Masyarakat yang mana yang dimaksud?? Kayaknya yang rempong cuma media aja deh, belum tentu masyarakatnya ikut rempong. Yang lebih parah, media mulai menanyakan ini kepada keluarga duka. Keluarga yang masih enggan membahaspun malah diberitakan negatif. Ya ampun, please deh... Masih dalam suasana duka gitu lho... Wajar dunk kalau belum mikirin hal - hal lain selain pengurusan jenazah dan tetek bengeknya. Kebayang nggak sih kalau tuh oknum mengalami musibah itu sendiri, apa iya dia nggak tambah stress kalau dicecar dengan berbagai macam pertanyaan? Apa iya dia sudah bisa diajak ngobrol hal lain seketika itu juga? Satu lagi, apakah oknum tersebut lupa bahwa setiap manusia berhak untuk tidak menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya?? (Kecuali dalam kasus ujian lho ya). Setiap orang mungkin bisa saja merasa punya hak untuk bertanya, tapi yang ditanyai kan juga punya hak untuk menolak menjawab.
  3. Melanggar privasi orang. Wartawan dateng ke rumah duka. Mencoba masuk untuk meliput berita. Dilarang sama pihak keluarga tapi tetep aja nggrombol di luar pintu, bahkan ada yang nekad berusaha masuk meski akhirnya gagal. Kerja ya kerja. Tapi hormati privasi orang dunk. Masa masuk rumah orang main nylonong saja? Apa sudah nggak punya etika?
Aku nulis kayak gini bukan karena aku benci sama wartawan. Aku tegaskan aku nggak suka sama oknum wartawan yang nggak punya etika. Aku yakin kok kalau di luar sana masih banyak wartawan yang punya etika dalam bekerja. Dan aku pribadi berterima kasih pada mereka. Tanpa mereka aku akan buta pada apa - apa yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Oiya, aku merasa harus merekomendasikan kepada Anda untuk membaca artikel  kesehatan dari Phaidon L Toruan, dr., MM, seorang corporate health trainer, seperti yang dikutip dari kompas.com. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa olahraga tidak menyebabkan kematian melalui serangan jantung seperti yang ramai diberitakan. Olahraga hanyalah salah satu pencetus serangan jantung. 

Terakhir, jadilah pengguna media yang cerdas. Jangan asal take for granted. Seperti kata sebuah iklan permen "nggak semua yang loe denger itu bener" :)

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan