#ayahchallenge #30daysreadingsurahquran Day 7 about Difficulties
Ternyata manusia terbagi menjadi 2 kelompok:
Ini adalah ujian harta ketika mendapatkannya. Sedangkan ujian harta saat mengelolanya, maka:
Adapun ujian harta saat membelanjakannya, maka manusia terbagi menjadi 3 kelompok.
ﻭَﻟَﻨَﺒْﻠُﻮَﻧَّﻜُﻢْ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻮْﻑِ ﻭَﺍﻟْﺠُﻮﻉِ ﻭَﻧَﻘْﺺٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﻝِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻧْﻔُﺲِ ﻭَﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ۗ ﻭَﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S Al Baqarah: 155)
Kali ini mencoba membahas tafsirnya ya.
Ketakutan adalah salah satu ujian Allah kepada kita wahai manusia: bertakwalah kalian kepada Allah Ta’ala dan ketahuilah bahwa harta yang ada pada kalian itu telah Allah jadikan sebagai ujian bagi kalian, baik ujian ketika mendapatkannya, mengelolanya maupun membelanjakannya. Adapun ujian saat mendapatkan harta, bahwa pada dasarnya Allah Ta’ala telah mengatur jalan-jalan tertentu untuk mendapatkan harta tersebut yang dibangun di atas keadilan dan keseimbangan, yaitu ketika seseorang mencari harta dengan cara yang baik tidak ada kezaliman atau permusuhan.
Ternyata manusia terbagi menjadi 2 kelompok:
- Manusia yang takut kepada Allah Ta’ala dan memperbaiki cara mencari harta. Dia mencari harta dengan cara yang halal sehingga menjadi berkah baginya bila ia belanjakan, diterima oleh Allah bila ia sedekahkan dan menjadi pahala bila kelak ia tinggalkan untuk ahli warisnya. Dia pun beruntung dengan hartanya baik di dunia maupun di akhirat.
- Manusia yang tidak takut kepada Allah dan tidak membenahi cara mencari harta. Jadilah ia mencari harta dengan cara apapun baik yang halal maupun yang haram, dengan cara adil ataupun zalim. Dia tidak peduli dengan cara itu. Halal menurut dia adalah apa yang bisa sampai ke tangannya. Harta yang dia dapatkan dengan cara yang haram ini apabila ia belanjakan maka tidak akan diberkahi, bila ia sedekahkan maka tidak akan diterima dan apabila ia tinggalkan untuk ahli warisnya maka akan menjadi bekal dosa menuju neraka. Manfaat harta itu untuk orang lain sedangkan dirinya mendapat dosa dan tanggungan.
Ini adalah ujian harta ketika mendapatkannya. Sedangkan ujian harta saat mengelolanya, maka:
- Di antara manusia ada yang harta itu menjadi keinginannya terbesar, sesuatu yang paling menyibukkan hatinya, yang tidak ada pada hati dan tatapan matanya kecuali harta. Bila ia berdiri maka memikirkan harta. Bila ia duduk maka ia juga memikirkan harta Jika ia tidur maka mimpinya pun juga harta. Harta merupakan sesuatu yang memenuhi hasrat hatinya, tatapan matanya, pendengaran telinganya dan kesibukan pikirannya baik saat terjaga maupun tidur. Sampai pun ibadahnya, tidak luput dari hal itu. Dia pun tetap berpikir tentang harta saat shalat, membaca ayat dan ketika berzikir. Seakan-akan dia diciptakan Allah semata-mata untuk harta. Dialah orang tamak, yang tidak pernah merasa kenyang, dan orang yang tertimpa kejelekan yang tidak bisa memungkiri kejelekan tersebut. Seiring dengan itu, rizki tidak akan menghampirinya kecuali sebatas yang telah ditentukan baginya. Seseorang tidak akan mati sampai ia mencapai batas akhir dari rizki dan ajalnya.
- Di antara manusia, ada yang mengerti bahwa harta itu memiliki hak dan menempatkannya pada kedudukan semestinya. Harta bukan sesuatu yang paling besar bagi keinginannya dan puncak pengetahuannya. Hanyalah harta sekedar ia jadikan di tangannya dan bukan di hatinya. Maka harta itu tidak menyibukkannya dari mengingat Allah, shalat, menunaikan syariat agama dan kewajibannya. Harta dia jadikan sebagai perantara untuk berbuat baik, memberi manfaat untuk kerabat dan orang yang membutuhkannya. Dialah orang yang memiliki kebahagiaan hidup, memperoleh harta yang telah Allah tentukan untuknya tanpa melelahkan hatinya.
Adapun ujian harta saat membelanjakannya, maka manusia terbagi menjadi 3 kelompok.
- Manusia ada yang kikir, mencegah harta dari hak Allah dan hak orang lain. Dia pun tidak mengeluarkan zakat, tidak menginfakkan hartanya untuk orang lain yang wajib ia beri dari kalangan keluarga, hamba sahaya dan kerabat.
- Manusia yang boros, berlebih-lebihan membelanjakan hartanya untuk sesuatu yang tidak tepat dan tidak terpuji menurut tinjauan agama maupun kebiasaan. Dia adalah saudaranya syaithan.
- Manusia yang bila membelanjakan hartanya maka mereka tidak boros dan tidak pula kikir. Mereka menunaikan kewajiban dan menyempurnakannya dengan perkara- perkara sunnah. Mereka mencurahkan hartanya untuk sesuatu yang terpuji menurut kebiasaan. Mereka lah hamba-hamba Ar-Rahman (Allah) yang membelanjakan harta tanpa boros, tanpa kikir dan tegak di jalan pertengahan.
Wahai kaum muslimin: bertakwalah kepada Allah Ta’ala dan perbaikilah dalam mencari harta. Carilah harta dengan cara yang halal. Sesungguhnya kalian tidak akan kekal bersama harta selama-lamanya. Harta itu pinjaman, dan kalian sendiri pun pinjaman di kehidupan dunia ini. Bisa jadi kalian menjadi orang yang berpisah dan meninggalkan harta dalam keadaan sebagai orang yang paling tidak butuh dengan harta, atau bisa jadi menjadi orang yang dihalangi dari harta dalam keadaan sebagai orang yang sangat berambisi terhadap harta dan akhirnya merugi serta menyesal. Selalu Beserta Allah Selain sabar dan menetapi syariat Allah, agar kita mendapat petunjuk, maka usahakan diri kita selalu beserta Allah.
“Kun ma’allah faiilam takun ma’allah fakun ma’a man ma’allah. Fainnahu yuushilka ilallah”. Adakanlah! (jadikanlah)! dirimu itu beserta Allah, jika engkau (belum bisa) menjadikan dirimu beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) beserta orang-orang yang beserta Allah, maka sesungguhnya, (orang itu) yang menghubungkan engkau kepada Allah.
Inget lagu Tombo Ati? Ya nasihat tersebut mirip nasihat “Berkumpullah dengan orang sholeh”.
Sumber: Tafsir Quran
Comments