Skip to main content

(Menjadi) Orang Pilihan

Waktu cepat sekali berlalu. Banyak pula yang terjadi selama itu. Banyak orang datang dan pergi, ada yang tinggal ada juga yang cuma sepintas lalu. Masa berganti, pengisi desk ini sudah berganti. Sebentar lagi akan ada yang pergi. Hari ini ada yang datang lagi. Dan aku masih di sini. Kenapa aku masih di sini? Karena masih betah di sini. Suami kerjanya juga di sini. Jadi belum berpikir untuk pindah atau pergi. Meski bukan berarti punya rencana untuk menetap di sini.

Dinamika kerja terus terjadi. Aku masih setia mengikutinya dari awal sampai kini. Aku senang bertemu dengan orang - orang baru, membicarakan potensi masing - masing untuk penjajakan kerjasama. Keseharianku diisi melakukan kontak dengan para partner dan membaca draft kerjasama. Pekerjaan yang menuntut ketelitian, penulisan kata dan tanda baca harus benar, kalimat yang digunakan nggak boleh menimbulkan persepsi ganda, hak dan kewajiban masing - masing pihak harus seimbang dan setara. Pekerjaan yang nggak bisa dilakukan ketika sudah capek atau nggak konsen. Tapi aku senang pada akhirnya aku bisa lebih tahu soal hukum.

Pernah satu ketika aku merasa capeeeekk banget sama kerjaan ini, belum lagi kalau ada keruwetan terjadi, entah masalah komunikasi dengan partner atau masalah perdebatan konten yang tak kunjung selesai. Atau ketika kerjaan lagi banyak terus semuanya pada minta cepat. Padahal soal hukum nggak bisa dibuat kilat. Atau ketika seperti bulan ini aku bolak - balik nggak masuk kantor karena sakit ini - itu, yang meskipun alhamdulillah bukan sakit yang serius tapi cukup mengganggu dan mengharuskan aku beristirahat di rumah untuk beberapa waktu. Atau ketika ada masalah sama teman kerja yang bikin mangkel.

Tapi, kembali lagi. Aku masih bertahan di sini. Bukan hanya karena aku butuh duit dari sini, tapi aku juga mencintai pekerjaanku. Okey, aku mungkin belum sempurna untuk kerjaan ini, tapi aku selalu berusaha menyelesaikannya sebaik mungkin, secepat mungkin. Seperti ketika aku nggak masuk kantor, aku pun nggak bisa sepenuhnya bisa cuek soal kerjaan kantor. Masih menerima telepon, balas email, mantengin update-an di group kantor.

Ketika semua penat dan masalah melanda, dan mulai mengikis kesabaran yang ada, aku mencoba mengingat kembali kata - kata Nadia, dulu partnerku di sini, "Karena kamu orang pilihan mbak. I know you're strong enough and will be stronger. Semangat". Ah, she thought me a lot.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan