Happy Birthday Elma, my special one
We will always look at the same moon even when we're apart
Take care
Prasetya
Elma mengernyitkan dahi saat membaca ucapan dari Pras, lelaki yang sudah setahun dikenalnya dari sahabatnya Ferdi. Elma membacanya berkali - kali, tapi tak paham maksudnya. "Apakah Pras merasakan getaran yang yang aku rasakan?" batinnya. Mungkin iya, karena selama ini Pras selalu perhatian kepadanya, selalu ada kapanpun saat membutuhkan. Tapi... enam bulan sejak intensitas hubungan mereka meningkat, tak ada tanda - tanda hubungan mereka meningkat ke arah percintaan. Pernah terlintas di pikiran Elma untuk nembak duluan, tapi dia masih ragu.
Elma kembali menatap kartu ucapan itu. Elma mendapatkan kado buku dari Pras, Akar buah karya Dee yang sudah lama dinanti terbitnya, kini di tangan. Lengkap tanda tangan Dee di sana, entah bagaimana Pras mendapatkannya. Elma meraih telepon, tujuannya satu. Menelepon Pras. Memperjelas arti tulisan dalam kartu ucapan yang saat ini memenuhi kepalanya.
Tak ada jawaban, Elma mencobanya lagi. Tiga kali, baru akhirnya tersambung.
"Hai Elma..."
"Hai Elma..."
"Hai Pras. Makasih ya buat kadonya. Tahu aja kalau aku sudah lama menanti buku itu terbit. Aku sukaa"
"Syukurlah. Udah dibaca belum?"
"Belum, baru juga diterima dan dibuka. Pasti dibaca kok, tenang saja"
"Belum, baru juga diterima dan dibuka. Pasti dibaca kok, tenang saja"
Pras terkekeh.
Elma menahan nafas.
"Pras, aku mau nanya"
"Yes please"
"Yes please"
Jantung Elma berdegup kencang.
"Itu yang di kartu ucapan..." suaranya tercekat.
"Hemmmm..."
"kenapa tulisannya begitu ya?" Elma tidak bisa mengendalikan, kata - kata itu terlontar begitu saja.
"Kamu nggak suka?" jawab Pras hati - hati.
"Bukan.. bukan.. Bukan aku nggak suka. Aku cuma pengen..." Elma kembali tercekat.
Kemudian hening sesaat.
"Elma, kamu tahu kan besok aku harus berangkat?"
"Iya. Aku besok ikut nganter kamu ke bandara kok", sahut Elma cepat, tidak sabar untuk menunggu kalimat selanjutnya.
"Makasih ya.You're soo kind. Sedih rasanya harus berpisah denganmu, tapi suratan takdir berkata seperti ini. Kita harus kuat ya. Meskipun kita terpisah benua, ingatlah kita selalu melihat bulan yang sama. Jadi sebenarnya kita dekat, meskipun tidak bisa saling melihat"
Elma bernafas lega, sinyal positif.
Tut..tut.tut.
Sambungan terputus, Elma menggerutu dalam hati. Elma menekan tombol redial, tapi tak ada jawaban. Elma kembali bergelut dengan pikirannya. Juga harapannya. Tentang dia dan Pras. Sedih rasanya mengingat esok mereka akan berpisah, Pras akan pergi ke Perancis dia mendapatkan beasiswa di sana selama dua tahun. Selama itu mereka tidak akan berjumpa. Tapi lebih sedih lagi kalau mengingat ada rasa yang tak terungkap kata, seperti yang dirasakannya. Terlebih Elma yakin, Pras sebenarnya juga punya perasaan yang sama.
Dua jam kemudian ada pesan masuk di ponselnya. Namun Elma sudah tidur karena malam sudah beranjak larut.
"Sorry tadi keputus, low bat trus listrik mati. Ini baru nyala. See you tomorrow. Good night dear, sleep tight"
***
Keesokan harinya di bandara.
Suasana bandara tampak seperti biasa. Elma dengan mudah menemukan rombongan keluarga Pras. Namun, saking banyaknya sanak keluarga Pras yang ikut mengantar, mereka jadi tidak bisa ngobrol lama apalagi secara privat. Bahkan sampai last call diumumkan. Meski senang bisa ikut melepas kepergian Pras, tapi Elma tak kuasa membohongi hati bahwa dia menanti kejelasan hubungannya.
"I have to go now", Pras meraih tangan Elma.
"Hmm..."
"Jangan sedih gitu donk Ma, aku jadi ikut sedih ni"
"Pras..", ia menahan kata - kata itu.
"Ya.."
"Good luck ya. Take care", Elma menggutuki dirinya sendiri, untuk sekian kali mengalami disorientasi antara hati dan kata.
"Kamu juga ya" Pras menarik tubuh Elma mendekat.
"Aku sayang kamu" bisik Pras sambil mengecup kening Elma.
Elma merasa canggung tapi hatinya berbunga - bunga.
"Aku juga sayang kamu Pras" akhirnya kata - kata yang sekian lama ditahannya meluncur juga dari bibirnya.
"Kita gimana", bisiknya lirih.
"Kita akan bertemu lagi", jawab Pras seraya menarik tubuhnya, melepaskan pelukannya.
Sejurus kemudian Pras, membalikkan badannya. Menaiki eskalator, lalu tubuhnya menghilang di kerumunan calon penumpang.
Elma terdiam, hatinya tak karuan. Hatinya senang tak terkira, dan lega tentu saja, perasaan itu akhirnya sama - sama terungkap. Tapi sebaliknya, dia merasakan sedih yang tak terkira. Bukan karena ditinggal dua tahun lamanya. Tapi.. karena cinta mereka belum ditautkan dalam satu ikatan.
***
Dua bulan berlalu, tak ada kabar berita dari Pras. Ini membuat Elma gamang. Haruskah dia menunggu Pras kembali meski tak ada ikatan pasti? Atau haruskah dia membuka hati untuk orang baru sementara hatinya masih dipenuhi oleh lelaki itu? Elma berharap, hatinya segera menemukan jawaban.
...
Oh aku tak ingin terus terbelenggu
Dengan pikiran tak menentu
Sungguh aku tak bisa, membuatku terlalu
Jauh mengkhayalkan tentang kita
Ku di sini sepertinya masih berharap
Meski tak mungkin ku menunjukkannya
Kenyataannya membuat ku sedikit gila
....
(Terlalu - Maliq and D'Essential)
-bersambung-
Comments