![]() |
Booth pemanas dim sum. Pengunjung sudah mulai antri. |
![]() |
Pesenan kami, minus Kaki Ayam yang tidak terdokumentasi. |
Akhirnya keturutan juga makan dimsum langganan di warungnya. Selama ini aku biasa beli di gerobak pinggir jalan. Warungnya bernama Warung Mbledhos, sedangkan brand dim sum-nya adalah Choie. Konsep branding yang agak gak nyambung menurutku.
Kemarin aku dan suami makan di cabangnya di Mulyosari 165. FYI, dim sum ini (juga) dipasarkan melalui sistem franchise. Warung ini buka mulai jam 17.00. Menjelang jam buka, pengunjung sudah mulai berdatangan, mereka rela antri menunggu dim sum dipanasin. Selain dim sum, ada juga menu Sate Jepang, Bubur Taiwan dan Sop Tom Yam. Cuma aku belum nyoba menu lain tsb.
Satu basket dim sum dibandrol delapan ribu rupiah. Isinya 2-4 biji, disesuaikan sama harga bahan dasarnya. Dengan harga segitu, rasa dim sum ini berani di adu lho. Houce tjing tjing pie menurutku.
Kemarin aku dan suami pesen: Siomay (isi udang, ayam, jamur dibungkus kulit siomay), Hakau, Keichak (isinya: paha ayam, jamur, wortel dibungkus kulit tahu), Wotiek (isinya: udang, ayam, sayur), Bakpau Ayam Caisu, Kaki Ayam Tausi, Tofu, Spring roll. Favoritku adalah Siomay, Hakau, Keichak dan Wotiek. Aku nggak suka sama Bakpau Ayam Caisunya, karena kulitnya manis tapi dalamnya asin gurih, jadi aneh gitu rasanya, kontradiktif jadinya.
You have to try it. It's so recommended.
Published with Blogger-droid v2.0.10
Comments