Skip to main content

It's About Choice and Responsibility

Seminggu ini entah berapa kali aku nemuin kontroversi penggunaan dot di grup ibu menyusui yang aku ikuti. FYI, pemakaian dot sebenarnya tidak direkomendasikan karena berbagai alasan. Namun, masih banyak juga yang memakainya, dengan alasan yang nggak kalah bermacam - macam. Well, I don't wanna judge anyone's choice. Whatever they takes, I don't really care actually, since it's their personal business. But, to be honest, I can't stand reading any complaints related to the choice they made, that I assumed they already knew the risks.

This week, I can't count how many mommies are complaining about reduction in their milk supply, that after being investigated, caused by the use of bottle. They already knew the bad sides, they keep using it with many reasons, but when something bad happen, they are complaining and complaining. It's so boring and annoying anyway. Hellooooo... Don't you remembe that it was your choice anyway? Why don't you argue that is was your mistake rather than keep on blaming anything/anyone dear. Please, be responsible for your own choice. Aku bukannya ngerasa paling hebat atau paling benar, cuma gemes aja sama orang - orang yang nggak mau bertanggungjawab sama keputusan yang sudah mereka ambil. Apalagi aku yakin, mereka ngambil keputusan itu dalam keadaan sadar, bukan lagi ngelindur ato mabok :p

What about me? Aku dari awal emang enggak mau ngasih ASIP melalui dot ke Bintang setelah tahu lebih banyak efek buruknya daripada manfaatnya. Selain itu, aku pribadi sudah kena efek buruknya dot. Kata ibu, aku dulu nggak bingung puting meski harus minum sufor melalui dot *nangis* pas ditinggal kerja. Tapi dot sudah bikin aku sukses punya gigi berantakan. Makanya, aku nggak mau anakku mengalami kejadian yang sama dengan aku. Awalnya sempat dibilang kejam karena "maksa" bayi buat minum pakai gelas. But, keputusannya adalah Bintang minum ASIP melalui cupfeeder dan botol sendok. Kalau sekarang sih udah mulai pakai mug. Awalnya sempat ragu apakah neneknya Bintang bakal telaten ngasihinnya. But, alhamdulillah beliau telaten. I owe her so much then :) Sempat ragu juga apakah Bintang bakal minum banyak atau nggak. Tapi sekali lagi alhamdulillah dia minumnya banyak.

Kembali ke soal pilihan. Aku yakin kok, apa yang dilakukan orang tua ke anaknya adalah yang terbaik menurut mereka. Perlu diingat, anak - anak masih belum bisa mengambil keputusan sendiri. Orangtualah yang mengambil keputusan terhadap hajat hidup mereka. Pikirkan masak - masak baik buruknya sebelum memutuskan. Dan apapun pilihan Anda, bertanggung jawablah atas pilihan tsb. Kalau ada resiko ya silahkan tanggung sendiri, jangan cari-cari alasan atau mengkambinghitamkan orang lain. Berani berbuat, juga harus berani tanggung jawab donk. Be wise and gentle please :)

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan