Akhir tahun ditutup dengan kisah yang tidak mengenakkan, sedikit ada masalah dengan ortu. Missunderstanding yang menyebabkan adu argumen dan berujung tak bertegur sapa satu sama lain. Sedikit menyesakkan, tapi itulah yang terjadi. Sampai-sampai aku pulang ke Surabaya dengan membawa duka dan kesedihan yang cukup mendalam.
Serangkaian kisah yang aku tulis dengan tinta emas beberapa bulan sebelumnya seakan sirna begitu saja, tak ada artinya. Namun, hidup tak akan berarti apa-apa jika kita tidak pernah mengalami fase-fase sulit dalam hidup yang membuat kita berpikir dan belajar, serta mengambil hikmah dari setiap hal yang terjadi. Kita tidak akan merasa bahagia bila kita tidak pernah sedih. Kita tidak akan pernah merasakan manis bila kita tidak pernah merasakan pahit. Ya, karena apa-apa yang kita rasakan baru bisa kita rasakan bila kita pernah merasakan kontradiksinya.
Tapi yang pasti, pengalaman adalah guru utama bagi kesadaran. Pesan akan ditemui dalam setiap perjumpaan. Baik dan buruk tak bisa dilihat hanya dari bungkusnya. Terima kasih kepada waktu yang memberi ruang sangat luas untuk belajar, dan kepada hidup yang telah menyiapkan begitu banyak pelajaran. Semuanya membuatku tumbuh menjadi dewasa, menjadi sosok perempuan yang berkarakter.
Aku sangat sadar, aku bisa berada di sini karena telah melewati hal-hal di masa lampau. Aku telah melangkah jauh dari tempat aku pertama kali menjejak bumi. Semua itu diawali dari tapak-tapak kecil dari kaki mungilku. Dan perjalanan yang aku lewati tidaklah mudah. Badai, hujan dan panas adalah hal yang sering kutemui. Kadang aku harus mendaki, kadang aku menuruni, kadang berenang dan kadang menggelantung. Kadang aku berlati, kadang berjalan, kadang terseok, kadang terjatuh, bahkan terjerembab. Namun, aku sangat bersyukur karena Allah selalu memeberiku kekuatan untuk kembali bangkit. Hingga sampai saat ini aku masih bisa melanjutkan perjalananku, menuju titik finish yang hingga kin belum aku lihat ujungnya.
I always try to love my day and keep thinking positive.
Serangkaian kisah yang aku tulis dengan tinta emas beberapa bulan sebelumnya seakan sirna begitu saja, tak ada artinya. Namun, hidup tak akan berarti apa-apa jika kita tidak pernah mengalami fase-fase sulit dalam hidup yang membuat kita berpikir dan belajar, serta mengambil hikmah dari setiap hal yang terjadi. Kita tidak akan merasa bahagia bila kita tidak pernah sedih. Kita tidak akan pernah merasakan manis bila kita tidak pernah merasakan pahit. Ya, karena apa-apa yang kita rasakan baru bisa kita rasakan bila kita pernah merasakan kontradiksinya.
Tapi yang pasti, pengalaman adalah guru utama bagi kesadaran. Pesan akan ditemui dalam setiap perjumpaan. Baik dan buruk tak bisa dilihat hanya dari bungkusnya. Terima kasih kepada waktu yang memberi ruang sangat luas untuk belajar, dan kepada hidup yang telah menyiapkan begitu banyak pelajaran. Semuanya membuatku tumbuh menjadi dewasa, menjadi sosok perempuan yang berkarakter.
Aku sangat sadar, aku bisa berada di sini karena telah melewati hal-hal di masa lampau. Aku telah melangkah jauh dari tempat aku pertama kali menjejak bumi. Semua itu diawali dari tapak-tapak kecil dari kaki mungilku. Dan perjalanan yang aku lewati tidaklah mudah. Badai, hujan dan panas adalah hal yang sering kutemui. Kadang aku harus mendaki, kadang aku menuruni, kadang berenang dan kadang menggelantung. Kadang aku berlati, kadang berjalan, kadang terseok, kadang terjatuh, bahkan terjerembab. Namun, aku sangat bersyukur karena Allah selalu memeberiku kekuatan untuk kembali bangkit. Hingga sampai saat ini aku masih bisa melanjutkan perjalananku, menuju titik finish yang hingga kin belum aku lihat ujungnya.
I always try to love my day and keep thinking positive.