Skip to main content

[Review] Staycation di Best Western Papilio Hotel



Dua bulan ini tidaklah mudah buatku, mulai dari event dan perjalanan dinas beruntun, pindah bagian di kantor dan evaluasi tahunan tumbangnya Bintang. I, and my husband, need a vacation then. Tapi, kalau keluar kota kudu cuti dan lebih capek, selain itu dana liburannya masih harus diisi lagi pasca pergi ke KL kemarin, hehe. Lalu ke liburan ke mana donk enaknya? Kami memutuskan untuk staycation saja. Staycation adalah istilah untuk liburan tanpa keluar kota. Kami memilih untuk staycation di hotel. Alasannya kami hampir tak pernah mengeksplor hotel yang kami inapi selama ini. Hotel seringkali hanyalah tempat untuk tidur semata. Aku misalnya, lumayan sering menginap di hotel, tapi karena dalam rangka perjalanan dinas aku hanya bisa menikmati kamar pada saat tidur dan mandi semata, tidak pernah berleha-leha. Pagi-pagi harus ke acara, dan baru kembali saat malam telah tiba, tak jarang saat malam sudah larut. Kupikir, tentu asyik ya bisa santai-santai gegoleran, entah di kamar, taman atau kolam renang tanpa ada panggilan kerjaan, tanpa ada tuntutan rundown.

Setelah diputuskan kami akan staycation, aku pun mencari referensi hotel. Syarat utamanya adalah ada kolam renang dengan budget maksimal 500 ribu. Sederet hotel masuk dalam list yaitu The Alana, Best Western Papilio dan Hotel Gunawangsa Manyar. Namun kami putuskan untuk memilih Best Western Papilio dengan pertimbangan kolam renangnya punya pemandangan kota 180 derajat, dalam bangunan yg sama terdapat foodcourt untuk memudahkan kami mencari makan malam.

Best Western Papilio Hotel terletak di Jl. Ahmad Yani, satu kompleks dengan Apartemen Tamansari Papilio. Untuk masuk ke hotel, lihat saja signage yang ada. Di area lobi ada meja welcome drink yang saat itu berisi jus mangga dan infused water. Welcome drink-nya self service ya. Di sudut lain ada dua PC yang bisa digunakan untuk mengakses internet cuma-cuma.





Kami datang jam 13.30, proses check in sangat cepat, tidak sampai 5 menit. Meski belum jam check in, berhubung kamar sudah ada yg ready kami dipersilahkan masuk kamar. Kamar yang kami pesan adalah kamar superior twin bed yang terletak di lantai 17. Ketika membuka pintu, di sebelah kiri ada lemari, tempat penyimpanan barang dan area membuat teh kopi plus kulkas mini. Selain itu, terdapat  meja kerja, jam meja dan tea chair. Yang aku suka bantalnya double, jadi kalau tidur yang satu bisa aku fungsikan sebagai guling.




Interiornya modern elegan karena sentuhan ornamen kayu di beberapa spot. Dari kamar kami bisa melihat pemandangan kota dan kolam renang sekaligus. Bintang paling suka duduk di dekat jendela, mengamati lalu lintas yang ada. Apalagi kalau malam lampu berkerlipan.


Untuk kamar mandi standar ya, ada shower, toilet, wastafel, hairdryer dan amenities. Amenitiesnya tampil minimalis, wanginya aku gak begitu suka.




Setelah merem sekitar sejam, kami ke kolam renang. Bantimurung sky pool and cafe terletak di lantai 8. Ada dua kolam persegi untuk anak dan dewasa. Yang anak-anak kedalamannya 50cm, sedangkan untuk dewasa kedalamannya 115-150cm. Asyik banget renang dengan pemandangan kota. Meski bukan infinity pool but it's wort it. Petugas hotel juga ramah, begitu datang kami ditanyai dari kamar berapa dan butuh handuk berapa. Sementara Bintang dan suami berenang, aku memilih untuk membaca.




Sejam kemudian, kami menyudahi sesi berenangnya. Setelah berbilas, kami makan di A&W. Perut kenyang, hati tenang lalu balik ke kamar. Malamnya santai-santai, ngobrol sambil nonton TV, baca buku, main busy book dan mendongeng. Enak banget ya ternyata leha-leha gini, having break from daily routine. Besok-besok pengen staycation lagi, nyobain hotel lainnya. Hahaha. Untuk wifi sayangnya kurang oke, whatsapp lancar tapi buat buka IG lama banget ngeload gambarnya, buffering untuk lihat story. Trus kalau malam ternyata baru kerasa berisik karena suara mesin AC, ada suara mendengung gitu. Kalau traffic gak kedengeran kecuali waktu ada kereta lewat.

Bintang tidurnya nyenyak banget. Jam 7 baru bangun, mandi lalu sarapan. Sarapannya di Miraposa Restaurant di lantai 7. Variasi makanan yang disajikan banyak. Ada buffet isi nasi, mie, sosis, red beans, potato wedges dan mendoan. Lalu ada stall sup ayam, soto ayam, bubur ayam, nasi campur, egg corner, pancake dan buah (nanas, melon, semangka, pepaya, pisang, jeruk, salak), aneka cake dan roti, salad, sereal, jus (mangga, kiwi, sirsat, anggur) jamu dan makanan rebus (kacang, pisang, ubi).






Bintang sarapan mie, sosis, tempe mendoan dan telur rebus. Mienya enak, tapi mendoannya plain. Menuku adalah nasi campur (oseng tahu kacang panjang, telor bali, terong balado), soto ayam, bread pudding dan kunyit asam. Suami pilih nasi campur, pancake, buah dan jus kiwi. Sarapan yang memuaskan. Cuma restorannya ini rasanya sumpek karena banyak pilar besar di dalamnya, lalu jendelanya ditutup untuk menghindari sinar matahari yang menyilaukan. Rasanya terkurung gitu.

Jam 11.30 kami check out. Overall kami puas menginap di sini. Kapan-kapan pengen staycation lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Bintang GTM

Seminggu ini menjadi salah satu minggu yang membuatku sedih. Bagaimana tidak, Bintang yang selama ini pemakan segala mendadak GTM. Usut punya usut, dia lagi sariawan. Ini sariawan yang kedua. Setelah yang pertama sembuh, sekarang kok ya nongol lagi. Mana kejadian ini muncul ketika Bintang recovery dari batpil, di mana saat itu makannya tidak seperti biasanya. Ya iyalah, orang sakit mana gampang makannya. Sedih lihat Bintang jadi agak tirus gitu pipinya. Makannya dikit geraknya banyak, nggak bisa diam. Ngocehnya juga banyak. Sedih juga ngebayangin berapa BBnya sekarang. *sembunyikan timbangan. Selama sariawan Bintang jadi sedikit makannya. Di sariawan pertama dia masih mau makan meski harus bubur. Masih gampang juga nyuapinnya. Di sariawan yang kedua susahnya minta ampun, dia lebih sering GTM. Aneka masakan sudah aku coba, aku sengaja memasakkan aneka menu favoritnya. Tapi cuma disentuh seimprit, itupun kalau dia mood. Kesabaran semakin menipis karena khawatir kekurangan asupan...

Cerita Dari Jogja (Part 2)

Bandara Adi Sucipto: tampak depan Kali ini aku akan bercerita tentang bandara yang ada di Jogja, yaitu Adi Sucipto International Airport. Meskipun bertaraf internasional, bandara ini termasuk kecil secara luasan bangunan dan landasan. Beda jauh dengan bandara Juanda di Surabaya atau Soekarno Hatta di Jakarta. Ruangan kedatangan domestiknya nggak terlalu gede, bisa dikatakan kecil malah, "cuma" dilengkapi tiga baggage claim.  boarding room antrian masuk pesawat Untuk boarding room, berbeda dengan bandara lainnya yang bebentuk persegi panjang, di bandara ini bentuknya setengah lingkaran. Karena jumlahnya cuma satu, maka penumpang dari berbagai maskapai akan bercampur baur di sini. Boarding room ini dilengkapi 4 gate untuk naik pesawat. Cuma kemarin pas aku check in , di boarding pas s ku tertera gate 0. Berhubung ini baru pertama kali terjadi, daripada tersesat di bandara, aku bertanya ke salah satu petugas yang ada. Dari beliau, aku mendapatkan informa...

Aku dan Freezer = Pembuktian :)

Suka yang aneh - aneh. Doyan belanja. Boros. Keras kepala. Pemimpi. Itulah komentar orang - orang sekitar pas tahu aku berencana beli freezer baru karena freezer yang lama udah nggak muat buat ASIP. Sempat stress juga karena omongan tersebut. Tapi mereka kan nggak pernah berada di posisiku. Mereka nggak pernah pompa ASI kayak aku. Sempet kendur juga ketika disodori pertanyaan "emang bakal penuh?", "kalau udah nggak dipakai mau diapakan?". Hmm... Akhirnya aku tetap pada keputusanku, beli freezer baru. I don't care with all they said any longer. Modal utamaku cuma bismillah. Dan ketika freezer itu datang, apa yang terjadi? Aku menangis haru saat tahu freezer itu akhirnya penuh, bahkan nggak muat untuk ASIP yang ada setelah botol - botol yang berceceran (baca: dititipkan di mana - mana) dikumpulkan dan dipindahkan ke situ. Alhamdulillah wa syukurillah, aku berhasil membuktikan bahwa freezer ini emang worth to buy . Aku membuktikan kalau aku bisa ...