Skip to main content

Thai Tea


Seneng banget rasanya bisa bikin minuman favorit ini. Jadi bisa puas menikmatinya, dan lebih hemat tentu saja. Untuk tehnya, aku pakai number one. Aku menyebutnya begitu, karena tidak bisa membaca tulisan Thailand di kemasannya, hahahaha. Penampakan tehnya kayak di bawah ini. Dapat info tentang teh ini dari Citra si katalog kuliner berjalan. Thanks ya Cit *cipok*

gambar dari google
Untuk rasa, juara. Kayak di cafe-cafe gitu deh. Untuk harga teh murah menurutku, satu bungkus (400 gram) harganya 49 ribu. Teh ini enak diminum langsung (versi original) ataupun dibikin milk thai tea. Rasanya sama-sama enak. Beneran deh, it's strongly recommended. Don't worry, ada label halalnya kok.

Oiya, si number one ini juga punya varian green tea. Udah masuk shopping list nih, karena sudah membayangkan kalau seenak thai tea ini. Hihihi.  

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Penjual Nasi

Aku kagum pada seorang ibu penjual nasi Selalu semangat mengais rejeki Meski umurnya sudah tidak muda lagi Setiap hari dia selalu bangun pagi - pagi Demi hidangan secepatnya tersaji Karena kalau kesiangan sedikit, pembeli sudah pergi Catatan dari pengamatan di sebuah pasar

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk...