Skip to main content

Aku, Kau Dan Sepucuk Angpau Merah


Menamatkan buku ini sama dengan mencatat rekor buatku. Setelah melahirkan, baru kali ini menamatkan buku setebal 500 halaman dalam dua hari. Rasanya tak percaya bahwa aku bisa membaca secepat ini lagi. Yahh, itung-itung pemanasan sebelum sekolah lagi lah ya. *laluditapokberkasaplikasiyangbelumkelar*. Aku sengaja bawa buku ke kantor karena kerjaan lagi sepi, daripada bengong mending baca. Apalagi kalau di rumah jarang bisa baca karena harus menemani Bintang main dan adaaa aja urusan rumahnya. Kalau nungguin Bintang tidur baru baca banyak gagalnya karena aku biasanya ikutan tidur juga, hahaha.

Buku karya Tere Liye ini bercerita tentang kehidupan Borno, seorang pemuda yang hidup di tepi sungai Kapuas. Di awal diceritakan bagaimana kerasnya perjuangan hidup Borno setelah Ayahnya meninggal. Borno pun harus bekerja, mulai jadi pencari ikan, pengantar makanan, penjaga tiket kapal feri lalu pengemudi sepit (speed boat).

Kehidupan cinta bujang berhati lurus ini dimulai ketika ia bertemu dengan Mei, gadis keturunan Tionghoa, yang mejadi penumpang sepitnya. Namun kisah cinta mereka tak semulus jalan tol, banyak aral melintang yang menghadang. Salah satunya adalah Papa Mei yang menyuruh Borno menjauhi Mei. Lalu kepulangan Mei ke Surabaya yang tanpa pesan. Sebenarnya kepulangan Mei bukan tanpa alasan, cerita masa lalulah yang membuatnya harus ke Surabaya, demi memikirkan ulang kemanakah hubungan ini akan dibawa. Masalah menjadi semakin rumit karena masa lalu Mei ada hubungannya dengan masa lalu Borno. Tapiiiiii... Bagaimanapun manusia berusaha, tetaplah Tuhan yang menentukan segalanya. Jodoh memang tak akan ke mana, selalu menemukan jalan untuk kembali.

Seperti biasa, ada kata-kata bagus untuk dikutip dan dicatat, antara lain:
  • Kita tidak pernah tahu masa depan. Dunia ini terus berputar. Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan tidak amsuk akan sekalipun. Perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah.
  • Cinta itu macam musik yang indah. Cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.
  • Cinta sejati adalah perjalanan. Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung, tujuan, apalagi hanya muara.
  • Cinta adalag perbuatan. kau selalu bisa memberi tanpa mencintai. tetapi kita tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.
  • Cinta bukanlah kalimat gombal. Cinta adalah komitmen tidak terbatas untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka.
  • Sepanjang kau punya rencana, jangan pernah berkecil hati.
  • Rasa senang, sedih, itu semua hanya soal pengharapan.
  • Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis atau kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya ada diri sendiri, apa memang sesuka itu.
  • Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih... Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal, terus membesar. Coba saja kau cueki, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga akan cepat layu.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan