Skip to main content

Habis Gelap Terbitlah Terang



Could you imagine how your life would be if there's no electricity?? Gelap, sudah pasti. Apalagi kalau di malam hari. Efek lain yang sangat dimungkinkan timbul adalah nggak ada hiburan karena nggak bisa nyalain televisi atau radio, nggak bisa masak, nggak bisa nge-charge HP atau laptop, nggak bisa baca. Singkat kata banyak sekali kegiatan kita yang akan terganggu karenanya. So sad but true, itulah yang aku alami Jumat lalu ketika listrik rumah padam akibat adanya konsleting. 

Kejadian ini berawal terjadi Rabu malam. Pulang les aku menemukan rumah dalam keadaan gelap. Usut punya usut ternyata njegleg alias konsleting itu tadi. Dicobalah dinyalakan sama suami, tapi njegleg lagi, begitu terus sampai berkali - kali. Berhubung kami ini orang awam soal pelistrikan, kami memutuskan untuk menelpon 123 yang merupakan call center numbernya PLN. Setelah panjang lebar menjelaskan kronologisnya, sejam kemudian teknisinya datang. Diutek - utek sebentar trus nyala. Tapi eh tapi setelah orangnya pergi mati lagi. Akhirnya telepon lagi dan teknisinya datang lagi. Setelah diutek - utek agak lama, listrik kembali normal. Tapi sayangnya cuma bertahan nggak sampai sehari. Jumat, listriknya udah wassalam lagi :((

Mana saat itu suami lagi raker kantor ke Bali. Di rumah penghuninya memang bertambah satu karena sepupu nginep di sini. But it didn't solve anything karena semuanya nggak ngerti tentang listrik kecuali memakai saja :p. Sampai - sampai kepikiran kalau punya anak nanti, disuruh sekolah elektro aja biar kalau ada yang rusak bisa memperbaiki. Setelah melakukan kontak dengan beberapa teman demi mencari yang namanya electrician, akhirnya suami nemu juga. Seneng pastinya, tapi belum bisa bernafas lega karena ternyata si electrician baru bisa datang Sabtu sore. Itu artinya semalaman dan seharian kami akan berada dalam gelap, kembali ke zaman purba saat listrik belum ada. Pas malem sih nggak ada masalah, karena udah capek jadi langsung tidur aja. Tapi pas besok siangnya masalah mulai menyapa. Menanak nasi kembali pada cara tradisional karena nggak bisa masak pakai rice cooker. Bosen mati gaya karena nggak ada hiburan. Dan tambah mati gaya saat handphone mati karena baterainya udah nggak ada sama sekali. Sampai - sampai harus nebeng ngecharge ke masjid dekat rumah. Alhamdulillah banget lho ya, yang namanya Rumah Allah memberikan banyak manfaat *sujud syukur*

Menunggu jam dua, saat si electrician menjanjikan datang adalah pekerjaan yang membosankan sekaligus bikin deg - degan apalagi ketika mendung mulai memayung. Takut kalau orangnya nggak jadi datang, dan nggak bisa ngebayangin kerepotan yang akan kembali kami alami ketika listrik mati. Sumpah, waktu rasanya sangat lambat berjalan. Pas si electrician dateng rasanya legaaa banget, beban berat dipundakku rasanya terangkat. Meskipun begitu aku masih harap - harap cemas sambil berdoa khusyuk semoga perbaikan bisa berjalan lancar dan listrik bisa kembali normal. 

Ternyata kerusakannya termasuk the complicated one, sampai - sampai masnya keringetan gila. Ada beberapa peralatan yang ternyata rusak dan perlu diganti. After taking more than one hour to fix it, akhirnya listrik kembali normal. Momen habis gelap terbitlah terang ketika melihat lampu - lampu di rumah kembali menyala benar - benar sesuatu banget. Rasa bahagia dan lega rasanya tak cukup untuk melukiskannya. This is one of unforgettable moments in my life.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan