Skip to main content

Citilink Inauguration to Jayapura

Tarian Selamat Datang

Jayapura. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan ke sana. Betapa tidak, Papua itu jauh, tiket ke sana mahal, kantor tidak punya kerjasama dengan institusi setempat. Tapi ternyata Allah memberiku kesempatan ke sana melalui cara yang tidak terduga sebelumnya. Alhamdulillah, aku mendapatkan undangan inagurasi rute baru Surabaya - Jayapura dari Citilink Indonesia. Yayy, perjalan ke kota terjauh di Indonesia, yang pernah aku datangi, dimulai!!

inflight meal: Spaghetti Bolognaise

Aku berangkat bersama Belqis, perwakilan dari Airlangga Travel, perusahaan tour and travel milik UNAIR. Pesawat berangkat jam 07.10 WIB dari Surabaya, mendarat di Makassar jam 09.40 WIT. Makassar saat itu sedang hujan, antrian pesawat menumpuk sehingga pesawatku tidak kebagian garbarata. Begitu sampai arrival hall dan berfoto sebentar sudah ada panggilan boarding. Jadilah lari-lari ke gate. Penerbangan selanjutnya jam 10.40 WITA. Karena pagi belum sarapan, aku memutuskan untuk membeli makan di pesawat. Aku memesan Spaghetti Bolognaise. Berhubung rute baru, lagi ada promo yaitu paket makanan dan air mineral 330 ml dibandrol empat puluh ribu. Rasa masakannya secara keseluruhan lebih enak daripada Nasi Uduk yang pernah aku pesan tempo hari waktu ke Batam. Porsi segini pas banget, mengenyangkan. 

Beautiful view before landing at Sentani Int'l Airport

Selama di perjalanan kami disuguhi pemandangan yang sangat cantik, kepualauan, gunung, pantai dan danau. Pemandangan yang paling cantik adalah sesaat sebelum mendarat. Di mana mata akan dimanjakan pemandangan Danau Sentani dikelilingi oleh Pegunungan Cycloops. Luas Danau Sentani adalah 9.360 hektar dengan 21 pulau kecil menghiasi danau. Kata Sentani pertama kali dikenalkan oleh Pendeta Kristen BL Bin pada tahun 1898. Arti kata Sentani adalah "di sini kami tinggal dengan Damai". Sedangkan Pegunungan Cycloops membentang sepanjang 36 KM dari barat ke timur.



Pesawat mendarat di Sentani jam 15.35 WIT. Jadi total perjalanan di dalam pesawat adalah 5 jam. Begitu mendarat pesawat langsung disemprot air dari mobil pemadam kebakaran. Lalu dilanjutkan dengan Tarian Selamat Datang. Menurut informasi dari Mas Awi (Citilink), semprotan air wajib hukumnya saat inagurasi rute baru. Uhh seneng banget deh bisa lihat penduduk asli Papua dalam pakaian tradisionalnya. 

menunggu turun pesawat untuk mengikuti prosesi


Yang terlebih dahulu turun adalah pilot, co-pilot dan pramugara/ri. Mereka mendapatkan kalungan Noken (tas dari serat kayu khas Papua) dan Topi. Ada satu pramugari keturunan Papua yang bertugas saat itu. Cantik dan ramah orangnya. Selanjutnya undangan diajak mengikuti prosesi inagurasi di satu ruangan khusus. Ada sambutan dari Citilink, Pemprov Papua, Angkasa Pura. Lalu ada pemotongan bunga. Acara selesai, kami meluncur ke hotel dengan taksi bandara.



Sekilas tentang Jayapura
Meski berada jauh dari ibukota negara, jangan bayangkan Jayapura itu terbelakang ya. Jalanan di sini sudah bagus dan mulus. Di pusat kotanya sudah ada mall dengan gerai kenamaan seperti gramedia, matahari, J.Co, Breadtalk, KFC, Pizza Hut dsb. Soal harga, memang bisa dipastikan lebih mahal karena biaya pengiriman bahan kebutuhan lebih mahal.

Untuk sarana transportasi ada taksi dan angkot. Kami sendiri selama di sini memakai taksi. Rate Taksi dari Bandara ke Kota sebesar dua ratus ribu. Terima kasih kepada salah satu staf Bank Papua yang telah memberikan kisaran harga jadi kami tidak kemahalan. Taksi bandara di sini soalnya agak berbeda, tarifnya pakai sistem tawar menawar dan bisa disewa.

Untuk komunikasi, menurut informasi Telkomsel paling juara. Tapi sayang pada saat itu sedang ada perbaikan fiber optic di area Papua, praktis semua jaringan telekomunikasi terganggu. Jangankan internetan, untuk menelpon saja putus-putus. Beberapa waktu bahkan tidak ada sinyal sama sekali. Satu waktu sinyal datang, ratusan pesan masuk. Lalu kemudian sinyal menghilang lagi. Begitu terus. Sisi baiknya adalah kami bisa menikmati perjalanan ini tanpa banyak "gangguan", inilah liburan yang sebenarnya, hehehe.

Nasi Padang Ala Jayapura

Urusan makanan tak perlu khawatir. Di sini banyak kok makanan dari daerah lain karena banyak transmigran. Aku dengan mudah menemukan Sate Ayam, Nasi Padang, Penyetan, Bakso, Soto. Kami sempat berkeliling sebentar di sekitar hotel mencari-cari tempat makan. Kami akhirnya menjatuhkan pilihan ke RM Padang dekat hotel dengan pertimbangan tempat bersih dan penjualnya muslim sehingga kami tidak perlu khawatir tentang kehalalan makanan kami. Urusan memilih makanan di sini harus hati-hati karena masyarakat setempat banyak yang mengkonsumsi Babi dan Anjing.

Malam itu kami makan Nasi Padang yang agak keluar dari pakem. Seumur-umur baru kali ini menemukan nasi padang dengan tumis bunga pepaya dan kremesan sebagai pelengkapnya. Aku memilih lauk ikan kembung bakar. Satu set menu ini dibandrol empat puluh ribu. Sedangkan es jeruk dibanderol lima belas ribu. Mahal ya dibandingkan di Surabaya. Tapi alhamdulillah rasanya enak, bunga pepayanya tidak pahit. Aku mulai jatuh cinta. Ikan kembungnya matang sempurna, empuk dan fresh.

Oiya, beberapa masyarakat Papua masih punya kebiasaan mabuk, mereka suka minum di jalan. Jadi sangat disarankan untuk tidak berada di luar di atas jam sembilan malam demi alasan keamanan. Om Yusuf, driver taksi kami berpesan kepada kami untuk itu. Alhasil, seusai makan, kami langsung kembali ke hotel untuk istirahat. Capek hampir seharian di jalan.


Menginap di Aston Jayapura
Selama di Jayapura kami menginap di Aston Jayapura Hotel dan Convention Center. Lokasinya strategis di pusat kota, dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat perbelanjaan. Kami memesan kamar superior twin tanpa jendela. Alasannya, itu yang murah. Hahaha. Kami mendapatkan harga Rp. 550.000,- semalam. Meski demikian nyaman kok kamarnya, bersih dan terawat. Kami disambut sepasang patung khas Papua di lobi.



Menu makanan paginya enak dan beragam. Hari pertama aku makan kue-kue tradisional, omelet dan sop bakso. Sop baksonya enak banget. Lalu hari kedua aku makan sop daging, buah, perkedel dan siomay goreng. Sop dagingnya enak. Dagingnya empuk, kuahnya segar, wortelnya masih krenyes-krenyes. Oiya, smoothies pisangnya juga enak. Pokoknya semuanya enak, *pukpukperut*. 

Pelayanan di Aston bagus dan cepat. Untuk Wifi sinyalnya datang dan pergi tanpa permisi karena memang pada saat itu lagi ada perbaikan jaringan fiber optic di daerah Papua.








Aston Jayapura Hotel and Convention Center
Jalan Percetakan Negara No 50-58, Jayapura, Papua 99111
Telepon: (0967) 537700


Bersambung ...... 

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan