Skip to main content

Trip to Singapore (Day 1)

Haloo.

Saat ini aku dan teman kantorku, Mbak Dewi, sedang melakukan perjalanan dinas di Singapore. Aku akan bercerita tentang pengalamanku ke negeri Singa dalam beberapa postingan terpisah supaya enggak terlalu panjang. Kami berangkat ke sini Sabtu pagi dengan Garuda Indonesia. Niatnya sih penghematan, tapi berhubung Garuda Indonesia dan Air Asia harga tiketnya cuma selisih 100rb. Jadi kami naik Garuda. Penerbangan Surabaya - Singapore hanya sekali per hari, yaitu jam 7.35. 

Sehari sebelumnya kami melakukan web check in, namun sayang ada gangguan teknis yang menyebabkan barcode tidak keluar. Kami harus check in ulang ketika sampai bandara, sekalian masukkin bagasi. Begitu dibagikan makanan di pesawat, aku makan dengan lahapnya, karena memang belum sarapan. Pilihanku pagi itu jatuh ke Nasi Goreng Seafood.

Inflight meals
Setelah terbang selama dua jam, kami Alhamdulillah mendarat dengan selamat di Changi International Airport, salah satu bandara terbaik dunia karena punya sejuta fasilitas yang memanjakan. Changi punya beberapa taman tematik seperti sunflower garden dan butterfly garden. Namun, aku belum sempat main ke sana. Insyaallah kalau ada waktu sebelum pulang aku mau mampir. Kemarin baru melihat pepohonan yang ditanam di dalam terminal untuk memberikan kesan asri.



Oiya, kami sengaja berangkat Sabtu supaya punya lebih banyak waktu buat jalan-jalan meski harus merelakan uang saku kami dipotong untuk biaya hotel semalam. Nah, untuk sesi jalan-jalan ini, kami janjian dengan Pak Sony. 

Dikarenakan bawaan kami banyak, sebelum petualangan dimulai kami ke hotelku dulu, Hotel 81 Dickson di daerah Bugis. Untuk mencapai Bugis, kami naik MRT dari Changi. Berbekal EZ link pinjeman dari Pak Sony, aku tinggal top up aja deh. Karena isinya masih 10 SGD aku cuma top up 10 SGD.

Sekilas tentang Hotel 81 Dickson
Hotel ini tergabung dalam jaringan Hotel 81, cabangnya ada di Bugis, Chinatown, Bencoolen, dsb. Untuk mencapai hotel yang di Dickson, bisa pakai MRT turun di Bugis Station, lalu jalan ke Dickson Road. Kamarnya bersih dan nyaman meski tak berjendela. Kamar dilengkapi dengan televisi, kulkas dan hair dryer.


Kamar mandinya bersih, dilengkapi dengan handuk, sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi dan sampo. Sayangnya tidak ada penyekat untuk shower area, sehingga setiap kali habis mandi, lantai kamar mandi basah semua.


Setelah check in, kami jalan menuju kampung Arab yang dikenal dengan Kampong Glam. Kami mengisi perut di Pho 4 All, restoran masakan Vietnam yang halal. Saya makan Pho Bo Chin Nam (Beef Noddle Soup with Well-Done Brisket and Flank). Pho adalah mie beras yang disajikan dengan kaldu segar, dengan ayam atau daging sebagai pilihan isian. Pho disajikan bersama tauge, daun basil, daun ketumbar, irisan cabai dan perasan jeruk nipis.


Untuk harga, seporsinya mulai SGD 8. Mahal memang kalau dikurskan ke rupiah, tapi perlu diingat ini di Singapore yang memang segalanya lebih mahal daripada di Indonesia. Kalau tiap makan dikurskan, nanti malah nggak jadi menikmati kan? hihihi.

Saat kami makan terdengar mumandang Adzan dari Masjid Sultan yang tidak jauh dari tempat kami makan, rasanya kayak lagi di rumah deh.


Setelah makan, kami menuju Orchad. Pak Sony lagi kangen sholat di Masjid Al Falah, di daerah Orchad. Tapi kami belum belanja apa-apa, hihihi.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Gardens By The Bay. Untuk mencapainya, kami naik MRT turun Bayfront. Nah, station MRT ini terletak di bawahnya The Shoppes at Marina Bay Sands. Di dalam mall ada kolam dan sampan rides, it's interesting. Tapi berhubung untuk naik bayarnya SGD 10, jadinya cukup foto saja. Hahaha.


Gardens By The Bay
Gardens By The Bay adalah taman reservasi dan konservasi dengan luas sekitar 100 hektar. Taman yang dibangun tahun 2012 ini punya beberapa unggulan seperti cloud forest, flower dome, supertree grovee, OCBC sky way dan light show. Aku melewatkan berkunjung ke cloud forest dan flower dome atas nama penghematan. Namun, jangan khawatir banyak spot bagus buat dinikmati kok.




Salah satunya adalah supertree groove, yaitu 12 pohon buatan yang menjulang tinggi ke atas. Aku tidak melewatkan naik ke OCBC sky way dengan membayar HTM 5 SGD. Pemandangan dari atas sky way bagus banget, meski agak dag dig dug ngeri. Hehe. Dari kejauhan terlihat Singapore Flyer dan Marina Bay Sand Hotel yang terkenal itu.





Kami agak lama di sana karena menunggu light show yang dimulai jam 19.45. Menjelang sunset, pengunjung ramai berdatangan dengan tujuan yang sama dengan kami. Secara bertahap, pohon menyala. Cantik sekali. Lalu kami dimanjakan dengan light show selama 15 menit. The light show was so amazing.




Setelah menikmati light show, kami pulang. Tapi taman masih ramai lho meski sudah malam, karena akan ada light show kedua sejam kemudian.


Hotel 81 Dickson
3 Dickson Rd, Singapore 209530
+65 6392 8181

Pho 4 All
7 Jalan Pisang, 199074
Opening Hours: Monday - Saturday 11.00 - 15.00, 18.00 - 21.00, closed on Sunday
+65 6294 0703

Gardens By The Bay
18 Marina Gardens Dr, Singapore 018953
+65 6420 6848

To be continued.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan