Skip to main content

(Akhirnya) Pindah Kamar (Juga)


Di Surabaya ini saya ngekos, maklum lagi di perantauan, jauh dari orangtua. Kos saya saat ini adalah kos sejak kuliah dulu. Selama hampir enam tahun di Surabaya, saya belum pernah pindah kos. Bahkan pindah kamar pun belum. Saya suka sama kamar yang saya tempati sekarang karena beberapa alasan, antara lain: pencahayaan yang cukup (kalau baca di siang hari nggak perlu nyalain lampu sudah terang), dekat kamar mandi, dekat kulkas, dekat jemuran, dan dekat tangga yang sangat memudahkan mobilitas saya (karena kamar saya di lantai atas). That's why saya setia banget sama kamar ini. Meski harganya sudah beberapa kali mengalami perubahan, saya tetap bertahan dengan pilihan saya. :)

Sempet juga kamar kesayangan saya ini mengalami beberapa kali "sakit" seperti lantai yang naik (sepertinya karena panas yang menyebabkan keramik naik dan retak - retak) dan bocor. Saya pun masih bertahan dengannya, karena keadaannya menjadi seperti sedia kala setelah "disembuhkan" ibu kos.

Namun, akhir - akhir ini, saya mulai tidak nyaman berada dalam "pelukannya". Mulai musim hujan tahun ini tepatnya, atap kamar jadi sering bocor. Ada titik air yang menetes kala hujan. Entah kenapa, padahal ceiling-nya baru aja diganti, dengan kualitas yang lebih oke. Dan itu belum genap setahun direnovasinya. Awalnya cuma bocor ringan, tetesan airnya cuma terjadi saat hujan deras. Dan cuma sedikit (di satu titik). Tapi lama - kelamaan makin parah. Hujan dikit aja pasti netes, dan mulai nge-block di area sekitarnya. Saya mengadukan hal ini ke ibu kos. Dan sudah diperbaiki beberapa kali, tapi hasilnya tetap nihil.

Yang paling membuat saya kesal adalah tempiasnya ngefek hingga lemari. Area bocornya juga terjadi di atas almari pakaian, yang akhirnya tempias, ngrembes hingga ke dalam almari yang tidak seberapa tebal kayunya. Alhasil baju - baju yang sudah tersetrika dan tersimpan rapi terkena air. Jadi basah, dan meninggalkan noda kecoklatan khas air hujan. Pernah suatu hari, saya pulang larut malam karena lagi in charge di pameran, sehari sebelumnya kerja rodi menyetrika setumpuk baju. Eh, perjuangan saya sia - sia karena baju saya basah semua. Harus dijemur dan disetrika ulang. Arrrrghhhhh... Saya sangat kesal. Dan setelah kejadian itulah, saya berpikir untuk pindah.

Setelah menunda niat itu untuk beberapa waktu, akhirnya saya mengambil pilihan itu sebagai solusi dari permasalahan ini. Ya, saya memutuskan untuk pindah kamar demi alasan kenyamanan dan keindahan (karena selama kejadian bocor berlangsung, pakaian saya taruh di luar lemari. Yang tentunya kurang enak untuk dipandang). Saya pindah ke kamar yang aman dari bocor (untuk sementara ini). Kamar yang baru juga sedikit lebih luas, harapannya sih barang - barang akan mendapatkan ruang yang lebih lapang sehingga lebih rapi. Weekend ini saya mulai pindahan. Tadi pagi sudah ngepel kamar yang baru dan memindahkan pakaian.

Dengan berat hati saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada kamar yang telah 5,5 tahun saya huni. Terima kasih telah menaungiku selama ini. Kamulah yang menjadi saksi dan menyimpan rahasia saya selama saya di sana. Saat saya sedang bersedih, senang atau marah. Saat saya tertawa dan menangis. Kamu telah menemaniku belajar dan berjuang menyelesaikan kuliahku hingga aku meraih gelar sarjanaku. Terima kasih banyak untuk cerita yang telah kita lewatkan selama kita bersama. It all would be unforgettable.



Love
NaaNaa
3-R Campaign: Reduce, Reuse, Recycle

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan