Skip to main content

Tali Hati


Tali hati.
Itulah yang mengikatkan saya dengan dia. Hingga detik ini.

Tali hati.
Itulah yang menyatukan kami.
Dalam satu semangat besar dan harapan yang tak berkesudahan untuk melewati masalah yang kini membelit kami.

Kami masih mengikatkan hati, dalam satu ikatan demi hubungan ini. Memang, tidaklah mudah untuk bertahan setelah insiden saling menyakiti tempo hari. Tapi inilah jalan yang kita yakini. Bahwa ikatan hati kami tak mudah dilepas. Meski beberapa orang menyarankan kami untuk melepaskan diri. Agar tak lagi saling menyakiti.

Namun, ikatan ini kami yang menjalani. Dan kami pulalah yang merasakan segala rasa akibat ikatan ini. Mereka semua tak ubahnya hanyalah penonton. Melihat dan memaknai yang terlihat, dan bukan pada esensi yang kami alami. Tapi yang pasti, ada hikmah besar yang bisa kami ambil dari peristiwa ini. Dan pada tulisan ini, cukuplah saya yang berbagi. Karena isi hatinya saya tak pernah mampu secara seratus persen memahami. Yang bisa saya lakukan adalah memahami SEJAUH yang saya mampu.

Kejadian ini menyadarkan kami untuk introspeksi diri, berubah ke arah yang lebih baik lagi. Saya terus berpikir tentang apa yang sudah dia berikan, apa yang sudah saya dapatkan. Dan bukan secara egois mengungkit apa yang sudah saya berikan. Belajar bersabar, menghadapi kenyataan dari kejadian dan/atau dari seseorang atau beberapa orang yang tidak sesuai dengan harapan kita. Belajar untuk lebih hati - hati dalam bersikap dan bertutur kata, agar tak saling menyakiti. Belajar bahwa tak mesti harus grusa - grusu dalam mewujudkan impian saya. Belajar untuk lebih banyak mendengarkan ketimbang berbicara. YA, Saya, juga dia, belajar banyak, sangat banyak. Tak mungkin semuanya saya sebut satu - satu.

Something always happens for a reason. Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk "menyentil" umat-Nya. Dan semua pasti ada hikmahnya. Pada intinya, kejadian ini menjadi penyadaran bagi kami. Bahwa selama ini ada yang salah dalam ikatan ini. Ada yang perlu dibenahi. Bukan salah kaprah, tapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Ditata ulang agar bisa "berdiri" sesuai porsinya, sesuai porsi yang seharusnya. Dan saya sangat bersyukur karenanya. Tuhan masih menyayangi saya, juga dia. Menyayangi kami berdua.

Seperti analogi komunikasi yang saya pelajari. Kita akan merasakan pahit setelah merasakan manis. Kita baru bisa mendefinisikan bahagia setelah mengalami kesedihan. Perjalanan "pahit" ini mungkin memang harus kami lalui. Sebagai pendewasan diri. Agar kami lebih bijaksana menghadapi setiap masalah dan peristiwa yang hadir dalam hidup ini. Agar kami lebih kuat di kemudian hari. Agar ikatan ini tak mudah lepas saat badai yang lebih besar datang menghampiri. Agar kami bisa merasakan manis esok hari. Amiiin...

Dan, harus saya akui, pengalaman ini membuat saya lebih menghargai apa yang saya punya, lebih dari segalanya.

PS:
I love you so much yangkuw, today and always. We know we'll make it thru. Just keep holding on to make our dream comes true. Keep on believing, God will show us the way

Love
NaaNaa

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan