Liputan6.com, Jakarta: Media berperan dalam penanganan bencana, terutama gempa dan tsunami. Pernyataan ini diakui oleh semua pihak yang terlibat dalam simulasi penanganan gempa dan tsunami di Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), belum lama ini. Peran positif yang paling terasa adalah masyarakat dapat terus mengetahui perkembangan pascabencana.
Salah satu peran media dalam penanganan bencana terbukti ketika gempa terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Media, terutama elektronik, secara intens menginformasikan jumlah korban, kerusakan, dan kondisi terkini di lapangan. Media bahkan berhasil menghimpun dana bagi korban gempa.
Namun apa yang bisa dilakukan media sebelum bencana tersebut terjadi? Inilah yang menjadi pembahasan dalam simulasi yang dihadiri SCTV, Metro TV, dan Radio Republik Indonesia tersebut. Kesimpulan sementara, media elektronik belum bisa bertindak maksimal dalam peringatan dini bencana. Informasi yang diterima dari BMKG masih harus diteruskan ke reporter di lapangan. Perwakilan Metro TV menyatakan, peringatan bencana dari BMKG sudah termasuk dalam cakupan informasi yang diterima masyarakat.
Meski demikian, Kepala Bidang Seismologi Teknis dan Tsunami BMKG Fauzi mengingatkan, media seharusnya bisa berperan lebih agar jumlah korban yang jatuh tidak banyak. "Media di negara maju mengedepankan warning alert (peringatan). Jika media di Indonesia ingin maju, harus melakukan hal serupa. Dengan begitu, jumlah warga yang menjadi korban dapat ditekan," ungkap dia.
Simulasi gempa dan tsunami itu sendiri dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu grup pertama yang terdiri dari BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Grup kedua terdiri dari TNI-Polri dan PMI, sementara grup tiga terdiri dari media televisi dan radio.
Dalam acara yang dibagi dalam empat sesi itu, para peserta berbagi penerapan sistem di instansi mereka masing-masing (SOP). Terkait media, sistem yang dibahas lebih mengerucut pada peringatan dini dari pemberitahuan yang dikeluarkan BMKG. Kegiatan ini difasilitasi oleh BMKG, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Riset dan Teknologi, serta lembaga penanganan bencana milik Jerman--Inwent.
Tindak lanjut dari perancangan simulasi tersebut berupa simulasi internasional tsunami (tsunami driil) di Nanggroe Aceh Darussalam, 14 Oktober mendatang. Sejumlah negara yang berada di garis lempeng Samudra Hindia akan ikut melakukan tsunami drill di negaranya masing-masing.(OMI/ANS)
Salah satu peran media dalam penanganan bencana terbukti ketika gempa terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Media, terutama elektronik, secara intens menginformasikan jumlah korban, kerusakan, dan kondisi terkini di lapangan. Media bahkan berhasil menghimpun dana bagi korban gempa.
Namun apa yang bisa dilakukan media sebelum bencana tersebut terjadi? Inilah yang menjadi pembahasan dalam simulasi yang dihadiri SCTV, Metro TV, dan Radio Republik Indonesia tersebut. Kesimpulan sementara, media elektronik belum bisa bertindak maksimal dalam peringatan dini bencana. Informasi yang diterima dari BMKG masih harus diteruskan ke reporter di lapangan. Perwakilan Metro TV menyatakan, peringatan bencana dari BMKG sudah termasuk dalam cakupan informasi yang diterima masyarakat.
Meski demikian, Kepala Bidang Seismologi Teknis dan Tsunami BMKG Fauzi mengingatkan, media seharusnya bisa berperan lebih agar jumlah korban yang jatuh tidak banyak. "Media di negara maju mengedepankan warning alert (peringatan). Jika media di Indonesia ingin maju, harus melakukan hal serupa. Dengan begitu, jumlah warga yang menjadi korban dapat ditekan," ungkap dia.
Simulasi gempa dan tsunami itu sendiri dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu grup pertama yang terdiri dari BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Grup kedua terdiri dari TNI-Polri dan PMI, sementara grup tiga terdiri dari media televisi dan radio.
Dalam acara yang dibagi dalam empat sesi itu, para peserta berbagi penerapan sistem di instansi mereka masing-masing (SOP). Terkait media, sistem yang dibahas lebih mengerucut pada peringatan dini dari pemberitahuan yang dikeluarkan BMKG. Kegiatan ini difasilitasi oleh BMKG, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Riset dan Teknologi, serta lembaga penanganan bencana milik Jerman--Inwent.
Tindak lanjut dari perancangan simulasi tersebut berupa simulasi internasional tsunami (tsunami driil) di Nanggroe Aceh Darussalam, 14 Oktober mendatang. Sejumlah negara yang berada di garis lempeng Samudra Hindia akan ikut melakukan tsunami drill di negaranya masing-masing.(OMI/ANS)
Comments