Skip to main content

Cerita Umroh: Memerah ASI dan Membawanya Pulang dari Tanah Suci


Bepergian ke luar kota tanpa bayi dan membawa pulang ASIP sudah sering kulakukan. Namun beda cerita ketika harus bepergian selama tiga belas hari. Awalnya sempat tidak yakin bisa membawa pulang semua ASIP-ku, perjuangan memerah tanpa menyusui tidak mudah. Di satu sisi aku ingat bahwa ada hak yang harus ditunaikan, meski anaknya sudah makan dan persediaan ASIP yang ditinggalkan secara perhitungan cukup. Kalau aku tidak memerah bisa kacau nih perjalanan menyusuiku, Rhea masih 14 bulan, baru separoh perjalanan lebih sedikit. Waktu itu suami menghiburku "Dijalani aja sebisanya. Kalau nggak bisa membawa semuanya pulang, paling nggak ada yang bisa dibawa pulang", "Kurma bisa beli di Ampel, tapi ASIP nggak ada yang jual di sana", candanya. Kami sepakat, bahwa menyusui dan umroh sama-sama ibadah, maka tidak boleh saling mengganggu, sebisa mungkin berjalan beriringan.

Sebelum berangkat, aku membuat to do list baik untuk keperluanku maupun untuk catatan di rumah selama aku pergi. Beberapa persiapan khusus yang harus dilakukan supaya ASIP bisa dibawa pulang dengan selamat antara lain:




  1. Infokan kepada pihak penyelenggara/travel agent bahwa Anda adalah seorang ibu menyusui yang bepergian tanpa bayi sehingga harus memerah ASI selama berada di sana. Sampaikan juga apa kebutuhan Anda, misalnya: kulkas di dalam kamar untuk menyimpan ASIP segar, kulkas di resto untuk menyimpan ASIP beku dan ice gel. Infokan sedini mungkin sehingga Anda bisa mendapatkan bantuan.
  2. Cari tahu ke pihak maskapai tentang kebijakan membawa ASIP karena perlakuan tiap maskapai bisa berbeda. Alhamdulillah kemarin naik Garuda Indonesia yang mana aku sudah sering terbang membawa ASIP bersamanya, lebih tenang rasanya.
  3. Siapkan dua cooler bag, satu cooler bag kecil untuk dibawa beraktivitas keluar ruangan dan satu cooler bag besar untuk membawa ASIP beku. Perhitungkan ukuran cooler bag besar dengan ASIP yang biasa Anda dapatkan dalam satu hari, kalikan dengan jumlah hari Anda bepergian.
  4. Bawa ice gel. Perbandingan ice gel dan ASIP yang kubawa adalah 1:5 untuk cooler bag besar.
  5. Bawa sabun pencuci botol, sikat dan wadah tertutup untuk mensterilkan pompa dan printilannya. Aku biasa mensterilkan pompa dengan merebus air di water kettle dan merendamnya di wadah.
  6. Bawa kantong plastik besar transparant model ziplock. Ketika menitipkan ke hotel, gabungkan beberapa ASIP dalam satu kantong, tuliskan nama, nomor kamar dan nomor kantong untuk memudahkan identifikasi pemilik dan jumlah kantong (siapa tahu ada ibu menyusui lain di hotel tempat Anda menginap). Mohon maaf kali ini tidak go green, terpaksa pakai plastik karena lebih ringan dan ringkas.
  7. Bawa apron menyusui dan hand sanitizer.
  8. Ketika menitipkan ke resto tekankan "keep it froozen, on the freezer, become ice". Aku mengulang-ulangnya apalagi tidak semua staf hotel lancar berbahasa Inggris. Untuk memastikan keamanannya, keesokan harinya ketika menitipkan ASIP selanjutnya aku minta izin untuk mengecek.
  9. Bawa handuk untuk dibasahi dan didinginkan di kulkas. Ini bermanfaat untuk membantu menjaga suhu di cooler bag.
  10. Cooler bag besar isi ASIP sebaiknya diwrap sebelum dibagasikan karena semakin rapat semakin terjaga suhunya. Tidak perlu khawatir untuk memasukkannya dalam bagasi tercatat, aman kok. Karena kalau jumlah yg kita bawa melebihi satu liter, nggak bisa dimasukkan ke kabin.
  11. ASIP yg didapat jelang kepulangan tidak perlu dibekukan. Pastikan dikemas dalam kemasan plastik transparan dengan volume max 100 ml dan jumlah keseluruhan tidak lebih dari 1 liter.
  12. Siapkan surat pengantar berbahasa Inggris dari dokter bahwa Anda ibu menyusui yg akan bepergian tanpa bayi. Buat dalam beberapa rangkap ya untuk jaga-jaga jika diminta oleh petugas Anda masih punya backupnya.
  13. Memerahlah secara konsisten, sesuaikan waktunya dengan kegiatan yang ada. Nggak bisa tiga jam sekali tidak apa, yang penting konsisten. Berapapun hasilnya yang penting tetap memerah. Semakin lama hasil perahku memang menurun karena memang tidak menyusui langsung.



Alhamdulillah ASIP aman sampai rumah setelah menempuh 13 jam perjalananan (plus transit) dan berada di cooler bag hampir 24 jam. Pas dibuka baik ASIP dan ice gel masih ada inti bekunya sehingga bisa disimpan kembali. Semoga bermanfaat untuk Anda yang berencana pergi lama tanpa bayi.


Dan benar kata suami, ketika mendapati aku pulang Rhea bersorak gembira, tepuk tangan "nenen pulang, nenen pulang". Yang dia cek pertama kali adalah cooler bag, bukan koperku. Hahahaha.

Special thanks to :
  1. @afik.raharja for taking care the kiddos while I was away.
  2. Ust. Syaifuddin dan Ust. Faiz dari @Shafiratourtarvel yang selalu siap siaga membantu penyimpanan ASIPku, terutama untuk komunikasi dengan pihak hotel dan pihak petugas bandara.
  3. @firo.yusuf yang sudah minjemi cooler bag. Helps a lot.
  4. @lianita.prawindarti yang hampir tiap hari ngabsen nanyain gimana ASIPku.


Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan