Skip to main content

The Raharja Goes To Malaysia (Part 1)


Ini adalah perjalanan pertama kami bertiga, sebagai keluarga, menjelajah luar Indonesia. Malaysia sebenarnya bukan destinasi impian kami sebelumnya, tapi ketika kesempatan ini datang menghampiri, tidak ada salahnya untuk diterima. Apalagi, aku sudah pernah ke Malaysia sebelumnya, jadi insyaallah tidak terlalu buta. Kami memanfaatkan momentum perjalanan dinasku, karena kantor sudah memberikan tiket dan memberikan uang saku harian jadi tinggal beli tiket buat suami dan Bintang. Yang aku suka dari perjalanan dinas luar negeri adalah uang saku hariannya all in one, mencakup hotel, transport lokal dan uang makan. Jadi tidak ada kewajiban untukku share room dengan delegasi lainnya. Selain itu, aku juga bisa menentukan holiday style-ku sendiri, mau ala ransel atau koper. Kalau biasanya, saat pergi sendiri, aku hampir selalu menginap di budget hotel, kali ini aku concern mencari hotel yang "lebih bagus" untuk alasan kenyamanan Bintang.



Kami berangkat dari Surabaya jam 08.40 dengan AirAsia, sampai bandara jam 06.30. Untuk penerbangan luar negeri, ternyata web check in tidak bisa dilakukan bila bepergian dengan anak usia di bawah 12 tahun. Belum sempet sarapan sih, tapi aku sudah memesan hot meals untuk sarapan kami. Nasi lemak pak Naseer untuk suami, Chicken Mushroom with Dijon Sauce untuk aku dan Vegetable Pasta untuk Bintang. What I love dari AirAsia adalah inflight meals-nya variatif dan enak. Kalau melakukan prebooked, dapat diskon 20%. Mereka dengan serius menggarap inflight meals karena bisa jadi komoditi. Bintang seneng banget naik pesawat, dia anteng mengamati pemandangan luar di mana awan-awan berserakan sambil nyemil. Makanan di pesawat dia habis setengah porsi.



Pesawat mendarat jam 12.20 MYT. Antrian proses imigrasinya luar biasa bahkan sempat stuck. Butuh 1.5 jam baru beres. Sayang sekali di KLIA2 tidak ada prioritas untuk anak kecil, ibu hamil dan manula. Bintang udah bolak balik crancky karena terlalu ramai dan panas. Suara tangisan anak kecil bersahutan. Untung banget ada Firo yang bantuin ngemong. I owe her so much. Setelah melewati immigration check dan mengambil bagasi, kami menuju counter KLIA Express, counternya dari pintu keluar belok ke kanan. Ada signage warna ungu terpampang di sana.


KLIA Express
KLIA Express adalah kereta cepat yang menghubungkan KLIA Aiport dengan KL Sentral. Mereka mengklaim dirinya sebagai Kuala Lumpur’s fastest airport transfer, and they prove it. This non-stop airport transfer takes you from Kuala Lumpur International Airports (KLIA|KLIA2) to the city (KL Sentral) in just 28 minutes. KLIA ke KL Sentral sendiri berjarak sekitar 60 KM. Kereta berangkat tiap lima belas menit. Harga tiketnya 55 RM sekali jalan untuk dewasa, dan 25 RM untuk children. Kalau mau lebih murah bisa dengan bus. Tapi karena bawaan banyak dan untuk pengalaman Bintang dan suami menggunakan modern mass transport, aku memilih KLIA Express. Keretanya bersih, nyaman dan dilengkapi wifi dengan jaringan 4G. Ada rak khusus untuk meletakkan koper di ujung gerbong.



Hotel Sentral Kuala Lumpur
Hari pertama aku putuskan untuk menginap di Hotel Sentral di KL Sentral. Sengaja memilih hotel di daerah ini karena kami berencana untuk pergi ke Genting Highlands yang mana salah satu titik keberangkatannya dari KL Sentral. KL Sentral Station adalah stasiun terpadu antar moda yang menghubungkan banyak kota di Malaysia. Line LRT, MRT dan monorail semua lewat KL Sentral. Akses transportasi sangat mudah. Daerah KL Sentral berada di Briekfields yang merupakan kawasan Little India di KL. Banyak makanan halal di daerah ini, so don't worry be happy. Satu lagi, di atas KL Sentral ada mall, Nu Sentral, jadi gampang kalau perlu sesuatu untuk dibeli. Di sana ada Sam's Groceria, supermarket yang cukup lengkap dan nyaman untuk berbelanja oleh-oleh misalnya teh tarik atau Milo.



Aku mendapatkan upgrade dari kamar deluxe double ke deluxe triple dengan pemandangan city view. Aku bisa melihat KL Tower di kejauhan dan lalu lalang monorel ketika menudukkan pandangan. Kamar hotelnya tidak terlalu luas tapi bersih dan nyaman. Ada hairdryer, ketel pemanas air dan kulkas. Kamar mandinya kecil, kalau dua orang masuk dalam waktu bersamaan seperti ketika memandikan Bintang rasanya sumpek, namun toiletriesnya lengkap. Nggak sempat mencoba toiletriesnya, jadi nggak tahu wanginya enak atau enggak. Antara kamar dengan kamar mandi hanya diberi pintu kaca.




Hotel ini punya menu sarapan yang lumayan. Ada susu, sereal, roti, bubur ayam, jus (jeruk dan jambu) serta buffet (nasi lemak, rendang ayam, telur rebus, scramble, mie goreng dan buah. Aku sarapan nasi lemak sementara Bintang makan sereal dan telor rebus. Ruang makannya ada yang indoor dan outdoor, semuanya menawarkan pemandangan kota.




Hari pertama ini sebenarnya mau ke Batu Caves, tapi berhubung imigrasinya lama maka dibatalkan. Setelah check in, mandi dan istirahat kami makan di Nu Sentral. Pilihan jatuh di Izumi Japanese Food. Aku pilih inari aneka rasa, suami dan Bintang makan ramen.



Setelah makan malam kami memutuskan untuk city tour dengan monorel dari KL sentral ke Titiwangsa yg merupakan stasiun terakhir. Tiketnya murah meriah, hanya 2 RM saja. Bentuk tiketnya lucu, koin plastik berwarna biru mirip biji karambol, hihihi. Perjalanan dr stasiun utama ke terakhir butuh waktu setengah jam. Selesai city tour, kami belanja oleh-oleh di Sam's Groceria lalu kembali ke hotel.




Bersambung.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan