Ada kejadian tidak mengenakkan yang saya alami akhir pekan ini. Hari Sabtu kemarin saya pergi ke Taman Bungkul. Tujuan utamanya adalah membeli Semanggi. FYI, buat yang belum tahu, Semanggi itu makanan khas Surabaya, modelnya mirip pecel. Ada sambel kacang tanah yang dicampur dengan petis dan ketela, jadi sambelnya lebih pekat. Berbeda dengan pecel yang sayurnya macem - macem, sesuai namanya, Semanggi bersayurkan Semanggi itu sendiri. Biasanya juga ditambahkan kecambah. Dan sebagai pelengkap ada kerupuk. Semanggi biasa disajikan dalam bentuk pincuk. Satu porsinya biasa dijual empat ribu rupiah.
Saya baru saja menghabiskan sepincuk Semanggi yang saya beli, ketika saya duduk sendirian dan didtangi segerombolan pengamen yang terdiri dari tiga orang. Saat itu, my lovely one sedang membeli minuman. Saya mengangkat tangan, tanda minta maaf karena tidak memberi saweran. Karena saya tidak membawa uang receh. Tapi mereka masih juga nyanyi. Saya bilang "sorry", sambil memberikan tanda dengan tangan sekali lagi. "Cethil e mbak iki", ("pelitnya mbak ini") kata salah satu dari mereka. Saya cuek saja. Tapi mereka semakin maju. Akhirnya saya berdiri dan beranjak dari tempat duduk saya. Eh, mereka menghadang. Berhubung saya nggak terlalu tinggi, saya menerobos dari bawah gitar mereka. Dan berhasil. Mereka pun memaki saya "dasar wedus" ("dasar kambing").
Hmmm, saya gondok banget dikatain kayak gitu. Sebenarnya pengen banget saya berbalik, buat nanggepi omongan ngawur mereka. Tapi saya urungkan. Kayaknya percuma nanggepin mereka, bakal buang - buang energi dan memperpanjang masalah. Saya pribadi nggak respek sama kehadiran pengamen preman kayak mereka. Yang kalau nggak dikasih maksa - maksa atau bahkan ngancem. Namanya juga minta, dikasih syukur, nggak dikasih ya nggak usah nyolot. Saya kan nggak punya kewajiban untuk memberikan uang pada mereka. Lagi pula, saya nggak minta diameni sama mereka. Dasar pengamen preman!! Saya nggak pernah mau ngasih sawer ke pengamen kayak gitu.
Kalau kamu nggak mau menghargai orang lain, jangan harap orang lain akan menghargaimu!!
Love
NaaNaa
3-R Campaign: Reduce, Reuse, Recycle
Saya baru saja menghabiskan sepincuk Semanggi yang saya beli, ketika saya duduk sendirian dan didtangi segerombolan pengamen yang terdiri dari tiga orang. Saat itu, my lovely one sedang membeli minuman. Saya mengangkat tangan, tanda minta maaf karena tidak memberi saweran. Karena saya tidak membawa uang receh. Tapi mereka masih juga nyanyi. Saya bilang "sorry", sambil memberikan tanda dengan tangan sekali lagi. "Cethil e mbak iki", ("pelitnya mbak ini") kata salah satu dari mereka. Saya cuek saja. Tapi mereka semakin maju. Akhirnya saya berdiri dan beranjak dari tempat duduk saya. Eh, mereka menghadang. Berhubung saya nggak terlalu tinggi, saya menerobos dari bawah gitar mereka. Dan berhasil. Mereka pun memaki saya "dasar wedus" ("dasar kambing").
Hmmm, saya gondok banget dikatain kayak gitu. Sebenarnya pengen banget saya berbalik, buat nanggepi omongan ngawur mereka. Tapi saya urungkan. Kayaknya percuma nanggepin mereka, bakal buang - buang energi dan memperpanjang masalah. Saya pribadi nggak respek sama kehadiran pengamen preman kayak mereka. Yang kalau nggak dikasih maksa - maksa atau bahkan ngancem. Namanya juga minta, dikasih syukur, nggak dikasih ya nggak usah nyolot. Saya kan nggak punya kewajiban untuk memberikan uang pada mereka. Lagi pula, saya nggak minta diameni sama mereka. Dasar pengamen preman!! Saya nggak pernah mau ngasih sawer ke pengamen kayak gitu.
Kalau kamu nggak mau menghargai orang lain, jangan harap orang lain akan menghargaimu!!
Love
NaaNaa
3-R Campaign: Reduce, Reuse, Recycle
Comments