Skip to main content

Isolasi Mandiri, Belajar Menghadapi Kematian


Isolasi mandiri di lantai dua, tinggal di sebuah ruangan seluas 12 m², di mana rute harian hanyalah kamar, balkon dan kamar mandi. Aku bisa mendengar suara suami, anak-anak dan mbah dari atas. Mereka ada, utuh tapi tak bisa disentuh. Di situlah kadang air mataku luruh.


Waktu rasanya berjalan sangat lambat. Apalagi di awal isoman sedang tidak sholat. Berdoa saat  itu terasa ada yg kurang. Aku juga merasakan kadang aku semangat, kadang ambyar. Apalagi di suatu hari kabar duka datang bertubi-tubi. Lalu ingat bahwa suatu saat nanti, namakulah yg disebut dalam pengumuman kematian itu.


Kalau aku pikir-pikir isolasi mandiri ini ibarat belajar mempersiapkan kematian. Betapa tidak, di kamar sendiri, meninggalkan orang-orang yang kita sayang, apa yang kita punya dan gemerlap dunia tak lagi berguna. Menyadarkanku bahwa sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Sementara yang jauh adalah angan-angan. Aku suka lupa kalau setiap hembusan nafas adalah satu langkah mendekati kematian. Aku jadi bertanya pada diriku: Apakah bekalku sudah cukup ketika Allah memanggilku pulang?


“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Q.S Al Hadid : 22-23)

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Penjual Nasi

Aku kagum pada seorang ibu penjual nasi Selalu semangat mengais rejeki Meski umurnya sudah tidak muda lagi Setiap hari dia selalu bangun pagi - pagi Demi hidangan secepatnya tersaji Karena kalau kesiangan sedikit, pembeli sudah pergi Catatan dari pengamatan di sebuah pasar

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk...