Skip to main content

Hikmah Corona: Allah itu Dekat


Photo Credit: Haramain.info



Apa kabar teman - teman? Semoga senantiasa dalam lindungan Allah. Belakangan lagi ramai soal virus Corona ya. Sejak pertama kali ditemukan akhir tahun lalu, Corona telah merubah banyak aspek kehidupan kita. Bukan hanya sekolah dan kantor yang sepi karena aktivitasnya diganti di rumah, tapi tempat ibadah pun sepi karena kegiatan massal harus dihindari. Sedih ya. And for the first time in my life aku melihat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sepi, ditutup untuk umum demi menghindari penyebaran virus Corona yang semakin hari semakin banyak korbannya. What a heartbreaking.

Banyak yang menyayangkan penutupan tsb, tapi aku mencoba memahami kebijakan Kerajaan Arab Saudi tsb. Pasalnya ratusan ribu bahkan jutaan orang yang berkumpul di dua masjid terbesar itu, dari berbagai latar belakang yang berbeda. Tentu penularannya bisa lebih cepat, dari karpet yang digelar untuk sholat, dari kiswah, dari Hajar Aswad, dari manapun Allah menghendaki. Betapa kecilnya ya kita di dunia ini, kalau Allah sudah berkehendak tidak ada satupun yang sanggup melawan. Kebesaran Allah itu nyata, dalam sekedipan mata semua bisa berbeda.

Lalu satu waktu aku menemukan twit @sajidumar "What is the positive of the Ka'bah being blocked off? I got the answer from one of my students. He said: it's a chance to prove the world that despite all, we still worship one Allah. We never worshipped the Ka'bah, it's jut the direction we face when we worship"

And yes, it's right. Selama ini umat Islam "dituding" menyembah Ka'bah, padahal Ka'bah hanyalah arah ke mana umat Islam menghadapkan wajah ketika sholat. Kalau Ka'bah ditutup ya tetap bisa beribadah, dari mana saja. Misalnya dari rumah seperti yang dianjurkan untuk kondisi sekarang ini.

Kondisi ini menyadarkan kita bahwa yang sebenarnya butuh ibadah itu manusia. Yang butuh pahala berlipat dengan sholat di masjid itu manusia, yang butuh perasaan teduh dan khusuk ketika di masjid itu manusia. Yang butuh keberkahan Ka'bah juga manusia. Allah tidak butuh itu semua. Mau manusia beribadah atau tidak, Allah tetap ada, tetap Sang Maha. Allah pula yang membuktikan bahwa Makkah dan Madinah akan dijaga dari marabahaya, sebagaimana kedua kota itu dijaga malaikat. Sementara itu, selagi seperti ini, kita bisa beribadah di mana saja. Karena sesungguhnya Allah itu dekat.

"Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka berima kepada-Ku, agara mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.S Al Baqarah : 186)

Ya Allah, ampunilah kami yang lalai dan banyak dosa ini. Semoga wabah ini segera Engkau angkat, supaya kami bisa beribadah dan beraktivitas normal kembali. Supaya Haji dan Umroh dibuka kembali, supaya bisa beribadah dan kajian di masjid lagi. Aamiin ya rabbal alamin

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Pupuk

Nasi Pupuk adalah Nasi Campur khas Madiun. Biasa ada di resepsi perkawinan dengan konsep tradisional, bukan prasmanan. Makanya biasa juga disebut Nasi Manten. Isinya adalah sambal goreng (bisa sambel goreng kentang, krecek, ati, daging, atau printil), opor ayam (bisa juga diganti opor telur), acar mentah dan krupuk udang. Berhubung sudah lama tidak ke mantenan tradisional, jadi aku sudah lama banget tidak menikmatinya. So, membuat sendirilah pilihannya. Soalnya tidak ada mantenan dalam waktu dekat juga. Hehehe. Alhamdulillah bisa makan dengan puas :) Happy cooking, happy eating.

Cerita Tentang Pesawat Terbang

To invent an airplane is nothing.  To build one is something.  But to fly is everything.  (Otto Lilienthal) Naik pesawat terbang buat sebagian orang adalah makanan sehari-hari. Surabaya - Jakarta bisa PP dalam sehari, lalu esoknya terbang ke kota lainnya lagi. Tapi, bagi sebagian orang naik pesawat terbang adalah kemewahan, atau malah masih sekedar harapan. Aku ingat betul, ketika aku masih kecil, sumuran anak taman kanak-kanak, aku punya cita-cita naik pesawat. Setiap kali ada pesawat terbang melintas, aku mendongakkan kepala dan melambaikan tangan.  Seusai ritual itu, aku akan bertanya "Bu, kapan aku bisa naik pesawat". "Nanti kalau kamu sudah besar, belajar yang rajin ya", jawab Ibu. Pada saat itu aku cuma mengangguk, tidak menanyakan lebih lanjut apa hubungan antara naik pesawat dengan rajin belajar. Yang pasti, mimpi itu tetap terpatri. Ketika usiaku semakin bertambah, aku menjadi lebih paham bahwa sebenarnya naik pesawat tidak masuk

[Review] Urban Wagyu: Makan Steak di Rumah

tenderloin steak rib eye steak Sejak kapan itu pengen makan steak, cuma suami keluar kota terus. Lalu, lihat feed IG kok nemu steak yang bisa delivery. Tergodalah aku untuk ikut beli di  @urbanwagyu . Mereka adalah steak house yang melayani delivery order saja, karena untuk sementara belum ada restonya. "Wah, seru nih  bisa makan steak di rumah", pikirku. Pesananku: rib eye well done, mashed potato, mixed vegies, extra grilled baby potato dg mushroom sauce. Sedangkan pesanan suami: tenderloin well done, french fries, mix vegies dengan black pepper sauce. Pesanan kami datang dengan kemasan box cokelat ala pizza dengan keterangan tentang detail pesanan di salah satu sisinya. Dagingnya dibungkus alumunium foil, saus dibungkus cup plastik dan diberikan peralatan makan dari plastik  dan dilengkapi dengan saus tomat dan sambal sachet. Reviewnya sebagai berikut: Dagingnya empuk banget, bisa dipotong dengan peralatan makan plastik. Lembut dan