Bepergian ke luar kota tanpa bayi dan membawa pulang ASIP sudah sering kulakukan. Namun beda cerita ketika harus bepergian selama tiga belas hari. Awalnya sempat tidak yakin bisa membawa pulang semua ASIP-ku, perjuangan memerah tanpa menyusui tidak mudah. Di satu sisi aku ingat bahwa ada hak yang harus ditunaikan, meski anaknya sudah makan dan persediaan ASIP yang ditinggalkan secara perhitungan cukup. Kalau aku tidak memerah bisa kacau nih perjalanan menyusuiku, Rhea masih 14 bulan, baru separoh perjalanan lebih sedikit. Waktu itu suami menghiburku "Dijalani aja sebisanya. Kalau nggak bisa membawa semuanya pulang, paling nggak ada yang bisa dibawa pulang", "Kurma bisa beli di Ampel, tapi ASIP nggak ada yang jual di sana", candanya. Kami sepakat, bahwa menyusui dan umroh sama-sama ibadah, maka tidak boleh saling mengganggu, sebisa mungkin berjalan beriringan. Sebelum berangkat, aku membuat to do list baik untuk keperluanku maupun untuk catatan di rumah selam...
The future belong to those who have the courage to live their dreams