Skip to main content

Inna Garuda, Hotel Legendaris di Pusat Kota Jogja

Bulan kemarin aku berdinas ke Jogjakarta untuk belajar soal inkubasi bisnis di Universitas Gadjah Mada. Apa itu inkubasi bisnis, nanti akan aku ceritakan secara terpisah. Waktu itu aku menginap di Hotel Inna Garuda, hotel legendaris yang terletak di pusat kota Jogja. Lokasinya sangat strategis yaitu di Jalan Malioboro. Jadi, kalau mau jalan - jalan baik untuk belanja atau kulineran gampang banget.

Aku sampai di hotel sudah jam sebelas malam, proses check in-nya mudah dan cepat. Petugas hotel ramah dan helpful. I love it.

Secara bangunan, fisiknya sudah tua. Meski ada sentuhan modern di beberapa bagian. Di lobby ada pertunjukkan gamelan di waktu-waktu tertentu (waktu itu aku menyaksikannya di sore hari). Alunan gamelan dan tembang Jawa yang berpadu sungguh menyengangkan hati, sentuhan tradisional yang membuat kanget akan Jogja.


Kamar yang aku tempati adalah kamar superior twin bed. Kamarnya bersih meski furniturenya klasik. Unfortunately, aku mendapati bed cover-ku robek di bagian ujungnya. :(



Untuk kamar mandi dilengkapi dengan bath up dan hair dryer. Jadi setelah capek belajar dan jalan, berendam adalah pilihan yang tepat untuk relaksasi. 



Sarapan yang disajikan menunya bervariasi, antara western dan tradisional. Hari pertama, karena aku masih kenyang efek makan Mie Jogja jelang tengah malam, aku hanya makan sosis, tempe goreng, omelet dan kentang goreng. Plus jamu dan jus sirsat sebagai penutupnya. Hanya donk ya, hehehe.


Sedangkan hari kedua, aku memilih Gudeg, Tempe Goreng, Jamu dan Jus Jeruk. Gudegnya enak. Tapi sayang tempenya kurang cocok di lidahku. Untuk jamu ada dua pilihan, beras kencur dan kunyit asam. Semua enak, aku suka.


  

Oiya, hotel ini dilengkapi kolam renang di lantai 3. Namun aku tak sempat ke sana. Satu lagi, hotel menyediakan fasilitas free airport shuttle untuk beberapa pilihan waktu. Akses internetnya stabil dan cepat.

Overall score: 7,5/10

Comments

Popular posts from this blog

Bintang GTM

Seminggu ini menjadi salah satu minggu yang membuatku sedih. Bagaimana tidak, Bintang yang selama ini pemakan segala mendadak GTM. Usut punya usut, dia lagi sariawan. Ini sariawan yang kedua. Setelah yang pertama sembuh, sekarang kok ya nongol lagi. Mana kejadian ini muncul ketika Bintang recovery dari batpil, di mana saat itu makannya tidak seperti biasanya. Ya iyalah, orang sakit mana gampang makannya. Sedih lihat Bintang jadi agak tirus gitu pipinya. Makannya dikit geraknya banyak, nggak bisa diam. Ngocehnya juga banyak. Sedih juga ngebayangin berapa BBnya sekarang. *sembunyikan timbangan. Selama sariawan Bintang jadi sedikit makannya. Di sariawan pertama dia masih mau makan meski harus bubur. Masih gampang juga nyuapinnya. Di sariawan yang kedua susahnya minta ampun, dia lebih sering GTM. Aneka masakan sudah aku coba, aku sengaja memasakkan aneka menu favoritnya. Tapi cuma disentuh seimprit, itupun kalau dia mood. Kesabaran semakin menipis karena khawatir kekurangan asupan...

Cerita Dari Jogja (Part 2)

Bandara Adi Sucipto: tampak depan Kali ini aku akan bercerita tentang bandara yang ada di Jogja, yaitu Adi Sucipto International Airport. Meskipun bertaraf internasional, bandara ini termasuk kecil secara luasan bangunan dan landasan. Beda jauh dengan bandara Juanda di Surabaya atau Soekarno Hatta di Jakarta. Ruangan kedatangan domestiknya nggak terlalu gede, bisa dikatakan kecil malah, "cuma" dilengkapi tiga baggage claim.  boarding room antrian masuk pesawat Untuk boarding room, berbeda dengan bandara lainnya yang bebentuk persegi panjang, di bandara ini bentuknya setengah lingkaran. Karena jumlahnya cuma satu, maka penumpang dari berbagai maskapai akan bercampur baur di sini. Boarding room ini dilengkapi 4 gate untuk naik pesawat. Cuma kemarin pas aku check in , di boarding pas s ku tertera gate 0. Berhubung ini baru pertama kali terjadi, daripada tersesat di bandara, aku bertanya ke salah satu petugas yang ada. Dari beliau, aku mendapatkan informa...

Aku dan Freezer = Pembuktian :)

Suka yang aneh - aneh. Doyan belanja. Boros. Keras kepala. Pemimpi. Itulah komentar orang - orang sekitar pas tahu aku berencana beli freezer baru karena freezer yang lama udah nggak muat buat ASIP. Sempat stress juga karena omongan tersebut. Tapi mereka kan nggak pernah berada di posisiku. Mereka nggak pernah pompa ASI kayak aku. Sempet kendur juga ketika disodori pertanyaan "emang bakal penuh?", "kalau udah nggak dipakai mau diapakan?". Hmm... Akhirnya aku tetap pada keputusanku, beli freezer baru. I don't care with all they said any longer. Modal utamaku cuma bismillah. Dan ketika freezer itu datang, apa yang terjadi? Aku menangis haru saat tahu freezer itu akhirnya penuh, bahkan nggak muat untuk ASIP yang ada setelah botol - botol yang berceceran (baca: dititipkan di mana - mana) dikumpulkan dan dipindahkan ke situ. Alhamdulillah wa syukurillah, aku berhasil membuktikan bahwa freezer ini emang worth to buy . Aku membuktikan kalau aku bisa ...